Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ini Bukan Puisi Menyenangkan



Ini bukanlah puisi yang menyenangkan

Atau sajak yang berisi ungkapan kebahagiaan.

Ini adalah bait-bait kesedihan

Dan larik-larik yang lahir dari hati yang tersayat-sayat.

Untuk apakah menyalakan lilin dan obor di siang hari

Atau menyanyi di tengah-tengah ratusan kenari.

Malam akan tetap datang.

Biarpun matahari kau paksa terus bersinar terang.

Puisi bukan hanya tentang siang dan dansa-dansi.

Melainkan inilah jalan bagi mereka yang tak bisa tersenyum.

Kematiaan oh kematian,

Kau dicaci tapi kau tak pernah lari.

Mendekat dan merenggut buah-buah cinta manusia.

Lalu tertawa di balik sore yang mengundang malam.

Ini memang puisi kegalauan,

Dari hati yang gagal bersyair.

Bagaimana kata-kata indah bisa membuncah?

Sedang di depanku anak-anak kecil menghisap leher ibunya sendiri?

Inilah bait-bait penuh kepiluan.

Yang datang bersama dengan ratusan belalang dan tikus-tikus

Mereka menyerbu desa, lalu memangsa habis panen pak tani.

Kemudian tertawa riang

dan membangun koloni di bawah ketiak orang berdasi.

Sajak ini memang bukan untuk hati yang dimabuk cinta

Tapi untuk mereka yang sengaja mabuk tuak murah,

Agar sejenak bisa sembunyi dari rentetan teror debt collector.

Malam temaram adalah tema dari sajak ini.

Dan kepedihan gadis-gadis korban perkosaan adalah sumber inspirasinya.

Aku meracau ditemani genangan darah para pemberontak

Yang dianggap makar hanya karena melindungi tanah leluhurnya.

Televisi menelan putri-putri putih abu-abu.

Sedang para perjakanya mati sia-sia digilas narkoba.

Lalu hanya derai air mata

Yang tersisa

Untuk membasuh bait-bait kegalauan

Yang memang lahir dari binatang jalang yang terbuang ini

Yang berusaha mengadu sastra dan realita

Agar puisi dan sajak tidak melupakan orang miskin.

Atau mereka yang dimiskinkan.

Lihat, dengar

Aku meracau lagi.

Meracau dan terus meracau.

Berlagak seperti penyair.

Mungkin ini akibat tuak murah.

Obat mujarab untuk bertemu Yang Maha Ada.

Ini memang bukan puisi yang menyenangkan.

Tetapi setidaknya di dalamnya mengandung sedikit penghiburan.

Bahan tertawan bagi mereka.

Yang sudah lupa perbedaan dari tawa dan tangis.



Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Ini Bukan Puisi Menyenangkan"