Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Catatan Baca Kitab Kejadian 1:3, Permulaan Segalanya

Allah Sang Kreator

(Kejadian 1-3)

Catatan Adi - Tidak ada asap tanpa ada api, kecuali dalam laboratorium kimia. Peribahasa ini jelas menggambarkan bahwa setiap akibat pasti didahulu oleh adanya sebab. Munculnya asap didahului dengan adanya api. Bahkan jika si asap muncul dari laboratorium kimia, pasti ada si laboran di sana.

Langkah awal dari kepercayaan terhadap Kristus haruslah didahului oleh kesadaran bahwa ada Dia, Yang Maha mendahului, yang kemudian menciptakan alam semesta ini. Tanpa adanya kesadaran dan pengakuan terhadap keberadaan Dia Sang Pencipta, maka rapuhlah kepercayaan itu. Bahkan lebih dari itu, kepercayaan itu hanyalah omong kosong.

Lalu siapakah Dia? Dia adalah Yahwe, Allah Yang Perkasa, Sang Alfa-Omega. Keberadaan kita sebagai manusia dan alam semesta ini sudah merupakan dua bukti yang tidak akan pernah bisa dibantah lagi, kecuali bagi mereka yang belum terbuka mata batin dan pikirannya.

Dalam Kejadian 1:1 jelas mengatakan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Langit dan bumi tidak muncul secara tiba-tiba. Ia bukanlah sebuah hasil dari ledakan yang tidak sengaja yang muncul tanpa skenario, lalu berproses secara mandiri hingga menjadi langit dan bumi seperti sekarang ini. Langit dan bumi adalah buah karya Allah.

Jelas ini adalah bantahan paling telak bagi mereka yang menganut kepercayaan bahwa alam ini ada dengan sendirinya, tanpa ada satu kekuatan tunggal yang imanen yang menciptakan apalagi mengaturnya. Kejadian 1:1 adalah pembuka yang tepat yang tidak bertele-tele sekaligus sangat tegas. Ini adalah preambule bagi deklarasi iman umat Kristen bahwasanya Allah Yahwe-lah yang menciptakan semesta. Dan sampai kapanpun hal ini harus dipegang teguh, bahkan andaikata seluruh sarjana dan saintis di muka bumi ini menyanggahnya.

Bukan Allah yang Acuh

Allah sang kreator
Allah sang kreator

Ada salah satu pendapat lagi yang perlu kita sayangkan. Pendapat itu mengatakan bahwa Allah memang menciptakan alam ini, tetapi  kemudian meninggalkannya. Ini sangat keliru. Silahkan baca rangkaian ayat demi ayat, mulai dari ayat 2-29. Jelas urut-urutannya benar-benar menakjubkan. Tuhan mengatur kondisi dan keadaannya dulu, sebelum menciptakan burung-burung, ikan-ikan dan hewan ternak serta manusia!

Tidak mungkin Allah Yahwe menciptakan semesta lalu kemudian membiarkan semesta ini berjalan dengan sendirinya. Andaikan Tuhan Yahwe berhenti pada hari pertama, ketika Dia membuat terang yang pertama, maka yang ada hanyalah terang itu sendiri. Tetapi Kitab Suci mengatakan bahwa Allah Yahwe menciptakan dan mengatur segalanya sehingga semesta ini benar-benar siap untuk dihuni.

Allah bukanlah gadis sekolahan yang depresi karena mengandung janin dari hubungan tidak resmi lalu melahirkan janin itu dan kemudian membuangnya di depan pintu panti sosial. Allah adalah pencipta yang baik hati. Ia senantiasa merawat dan menyertai ciptaan-ciptaannya, terutama umat manusia. Hal ini akan makin terpampang nyata di pasal berikutnya.

Pada pasal 2 ayat 9, “Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan baik untuk dimakan buahnya.....”

Jelas terlihat bahwa setelah kondisi semesta memungkinkan untuk dihuni manusia, Tuhan Allah juga menyiapkan kebutuhan manusia yang paling utama: makan. Pada awal mula, manusia tidak mengenal ilmu bertani. Bahkan mungkin pengetahuan bahwa biji harus menyentuh tanah agar bisa tumbuh menjadi pohon dan berbuah juga belum ia dapatkan. Tetapi karena kemurahan dari Allah Yahwe, maka manusia itu dapat makanlah dengan sepuas-puasnya. Bukan hanya perkara perut saja, ternyata Allah Yahwe juga mengerti dan menyadari kebutuhan-kebutuhan lain dari manusia. Dan seperti yang sudah-sudah, Ia pun turun tangan untuk membantu manusia memenuhinya.

Siapa yang Pertama?

Tetapi sebelum kita melihat lebih jauh apa tindakan Allah Yahwe pada leluhur kita tersebut, mari kita bahas sejenak proses penciptaan Adam. Manusia bernama Adam ini memang kontroversial. Ia sejak ribuan tahun dikenal dan diakui sebagai manusia pertama, bukan hanya oleh umat Kristen, melainkan juga Islam, Yahudi, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya.

Tetapi dewasa ini, muncul teologi yang mengatakan bahwasanya Adam bukanlah manusia pertama. Bahkan banyak juga pengajaran-pengajaran yang menjamur di luar sana yang menyangsikan keberadaan Adam. Lalu bagaimana kita sebagai umat Kristen bersikap.

Satu kalimat tegas: Kita wajib percaya akan adanya Adam. Alkitab menjelaskan bahwasanya pada hari keenam, Adam diciptakan Tuhan dari tanah liat yang diberi nafas oleh Yahwe sendiri. Tidak dijelaskan bahwa sebelum Yahwe, diciptakan makhluk-makhluk lain yang menyerupai manusia.

Bisa saja, Musa selaku penerima wahyu untuk menulis kitab Kejadian ini, memiliki keterbatasan untuk menyebutkan makhluk-makhluk (yang jikalau memang ada) yang mungkin menyerupai manusia. Bahkan andaikan seperti itu adanya, mereka jelas bukan manusia. Karena hanya Adam yang jelas dituliskan disini, maka umat Kristen tidak boleh ragu, bahwa memang Adamlah manusia yang pertama.

Lalu bagaimana dengan mereka yang mengatakan bahwa Adam hanyalah rekaan dari Musa, hanya produk dari kebudayaan Israil dan Arab, atau hanyalah hasil konspirasi pemerintahan tertentu untuk melegalkan superioritas ras tertentu? (Harap jangan tertawa, tersenyum boleh J).

Berbeda pendapat memang adalah sebuah keniscayaan, tetapi tetaplah saling menghormati. Dan menghormati bukan berarti ikut mengamini serta mengimani. Karena jika kita tidak mempercayai keberadaan Adam, maka runtuhlah seluruh logika Kristen kita, dan Kitab Suci ini lebih baik berhenti untuk dibaca sebagai sebuah fakta dan firman Allah, sampai pada Kitab Kejadian pasal 1-31 saja!

Karena jelas, bahwa kelahiran Yesus Kristus serta karya penyaliban yang agung itu adalah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mengapa manusia berdosa? Karena manusia telah melanggar perintah Allah. Perintah Allah yang mana? Tentu saja perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat! Lalu sebagai manusia, apakah anda pernah memakannya? Tentu saja tidak. Bukan anda, saya atau yang lainnya, tetapi Adamlah, nenek moyang kita yang melakukannya.

Lalu ketika kita mempercayai para pengajar yang katanya mendalami berbagai disiplin ilmu, baik sejarah, filsafat, teologi, antropologi, biologi, kimia sampai ilmu tentang konspirasi, yang mencetuskan pernyataan bahwa Adam tidak pernah ada, maka pada saat itu juga kita merobohkan bangunan iman kristiani kita, yang bersumber daripada pengorbanan Sayidinah Isa di kalvari!

Dari sekelumit pembahasan diatas, tidak ada salahnya bagi kita untuk terus memperbaharui iman kepercayaan kita terhadap Allah Sang Pencipta beserta segala keperkasaanNya yang kita ketahui dari kitab suci, termasuk kebesaranNya menciptakan manusia, sosok paling mulia, sempurna dan dikasihi diantara ciptaan-ciptaan yang lain.

Allah yang Romantis

Tampaknya, sejak awal diciptakan, leluhur kita yang bernama Adam juga memiliki suatu kebutuhan yang melekat dari dalam dirinya, yaitu kebutuhan akan adanya kawan karib yang sepadan. Adam tidak sendirian. Ia ditemani aneka satwa dan flora yang indah serta bahkan Allah Yahwe itu sendiri. 

Tetapi karena takdir yang memang harus dilaluinya, dan bukti akan kemanusiaannya, Adam tetap merasa kesepian. Dan sebagai Pencipta yang bertanggung-jawab, Allah bukan hanya menyadarinya, tetapi juga mengambil tindakan selanjutnya.

Difirmankan bahwa akhirnya Allah mengambil bagian dari rusuk Adam untuk kemudian membentuk wanita yang nantinya dipanggil sebagai Hawa atau Eva. Jelas bahwasanya manusia adalah ciptaan Allah dan bahwasanya Allah selalu memperhatikan kebutuhan ciptaanNya, terutama manusia.

Apa yang dapat kita ambil dari Kejadian pasal 1-3 ini?

Kita dapat mengambil banyak hal dari bagian awal kitab Kejadian ini. Tentu saja yang utama adalah pengakuan bahwasannya Allah Yahwe-lah yang menciptakan semesta beserta segala yang ada di dalamnya.

Apakah kisah penciptaan dalam Alkitab dapat dibuktikan secara ilmiah?

Pasti bisa, karena pada dasarnya kejadian penciptaan memang benar-benar terjadi. Allah sendiri yang mewahyukan hal tersebut kepada Musa, dan sepatutnyalah kita bersyukur Allah berkenan melakukannya.

Apa buktinya jika penciptaan dalam Alkitab dapat dibuktikan secara ilmiah?

Sejarah mencatat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat. Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan ternyata sering harus direvisi seiring dengan bermunculannya fakta-fakta baru. Ini membuktikan kelemahan daripada keterbatasan kita, dan ini sangat manusiawi.

Suatu saat, semua misteri yang berkenaan dengan segala yang tidak bisa diterima nalar manusia yang terbatas itu akan dibukakan oleh Allah, tentu jika Allah berkenan.

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Catatan Baca Kitab Kejadian 1:3, Permulaan Segalanya"