Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Waspadai Quotes Yang Kau Baca

Pernah dengar istilah, "sekolah tidak penting?" Atau yang ini, "sampai kapan jadi pegawai, wirausaha dong!". Nampaknya, masyarakat kita adalah jenis yang paling menggemari quotes. Entah itu memproduksinya, melakukanya, menyebarluaskannya, atau setidaknya menempelkannya di beranda media sosialnya.

Tidak Semua Quotes Layak Dipatuhi


Tidak ada yang salah dengan quotes, bahkan banyak orang merasa tertolong, termotivasi, terbakar lagi semangatnya dan terlecut asanya. Tapi sayangnya banyak quotes yang jika ditelan mentah-mentah justru membuat hidup berantakan, asa tidak tergapai, dan akhirnya hanya penyesalan yang ada. Quotes, seperti layaknya anekdot, nasihat atau bahkan peraturan sekalipun, harus dicermati secara lebih mendalam.

Semua quotes pada dasarnya lahir dari pemahaman akan sebuah pengalaman. Ini quote yang bijak. Atau dari pengalaman orang lain. Kalau jenis yang ini belum sepenuhnya  teruji. Tapi harus diingat bahwa bahkan dengan obat yang sama, efek yang ditimbulkan bisa berbeda, tergantung dari daya tahan tubuh seseorang itu sendiri. Sama halnya dengan quote. Juga harus diingat, quote bukanlah obat.

Dalam melahirkan sebuah quote, terkadang perlu perenungan mendalam, kontemplasi yang cukup lama dan pengendapan jiwa akan arti kehidupan agar bisa membaca, menelaah kemudian merangkumnya dalam untaian kata atau beberapa baris kalimat. Kadang pula quote muncul begitu saja, laksana ujaran seorang kepada kawannya yang tolol dan ingin bunuh diri karena ditolak pujaan hatinya, guyonan seorang pegawai yang dianiaya bosnya, curhatan hati wanita yang kesepian karena pasangannya sedang menikmati waktu bersama anak istrinya atau ungkapan kekecewaan dari seorang politisi melihat kondisi bangsanya yang mudah jatuh dalam radikalisme. Tapi sekali lagi, quote bukanlah obat. Andaikan ia obat, efeknyapun tidak sama bagi semua orang.
Tidak ada yang salah dengan quotes, bahkan banyak orang merasa tertolong, termotivasi, terbakar lagi semangatnya dan terlecut asanya. Tapi sayangnya banyak quotes yang jika ditelan mentah-mentah justru membuat hidup berantakan, asa tidak tergapai, dan akhirnya hanya penyesalan yang ada. Quotes, seperti layaknya anekdot, nasihat atau bahkan peraturan sekalipun, harus dicermati secara lebih mendalam.
Kembali kepada masyarakat kita yang nampaknya sudah menjadikan quote sebagai keseharian, sangat disayangkan ada beberapa quote yang sebenarnya perlu pemaknaan lebih dalam, namun sering ditelan mentah-mentah. Artikel ini tidak bertujuan untuk menggugat tetapi hanya ajakan, menggugah masyarakat untuk memaknai lebih dalam sebuah quote. Terlebih jika itu dijadikan landasan untuk pengambilan keputusan yang penting.

Oke, tanpa berbanyak cakap lagi, berikut adalah quotes yang perlu kita 'waspadai' bersama:

1. Sekolah itu tidak penting. 
Yang nyata sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi adalah: sekolah itu penting. Seberapapun tidak bermutunya guru anda, jeleknya gedung sekolah anda, kacaunya kurikulum kita dan seringnya anda jadi korban rasisme, sekolah tetap penting
Mungkin yang memproduksi quote ini untuk pertama kalinya, memiliki kepahitan tersendiri terhadap masa sekolahnya, entah itu dibully teman-temannya setiap hari, jadi sasaran kemarahan tidak beralasan dari gurunya yang rasis, sering digodain kepala sekolahnya atau bahkan jadi langganan narapidana ruang BK. Whatever, itu urusan dia dengan masa lalunya. Lalu kemudian dia menjadi sangat sukses, mungkin pengusaha kaya dengan ratusan perusahaan, artis terkenal yang melanglang buana hingga ke Kutub Utara, atlit sepakbola dengan segudang medali dan piala atau politisi mahsyur yang namanya dielu-elukan orang.

Apapun itu, jika ia memang sukses, maka itu adalah buah dari kerja kerasnya, juga ketabahan hatinya. Tak ada yang tahu, tapi yang orang mungkin tahu, ia sudah kaya raya, punya sekian mobil mewah dan hartanya menumpuk. Dan fakta bahwa ia tidak sekolah. Atau pendidikannya gagal. Lalu mulailah matematika ngawur berlaku:

Dia tidak sekolah + fakta bahwa sekarang dia sukses = sekolah itu tidak penting. 

Atau mungkin kita balik, ia sukses dalam studi, tetapi kemudian dia hancur lebur: Tidak punya pekerjaan, sakit-sakitan, jadi jomblo abadi dan dijauhi banyak orang. Lalu muncul rumus yang mirip di atas:

Dia pinter di sekolah + fakta bahwa sekarang dia gagal = sekolah itu tidak penting. 

Padahal mungkin saja setelah lulus dia menjadi pecandu sabung ayam yang gagal terus, atau ikut sekte penghisap getah pohon hingga terkena penyakit terkutuk. Semua kemungkinan mungkin terjadi, tetapi sekali lagi, only God knows! Apa artinya? Artinya terjadi sebuah proses gegabah dalam mengambil konklusi. Let's say thanks to our math teachers :)

Yang nyata sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi adalah: sekolah itu penting. Seberapapun tidak bermutunya guru anda, jeleknya gedung sekolah anda, kacaunya kurikulum kita dan seringnya anda jadi korban rasisme, sekolah tetap penting. Ia menjadi sarana menambah pengetahuan, mengajarkan hidup bersama dengan orang lain (yang baik dan brengsek sekalipun), serta mendapatkan ijasah. Selembar kertas tipis yang mau tidak mau, menjadi indikator kita, password kita untuk menuju ke level berikutnya.

Jika memang kita berkesempatan untuk sekolah, dengan biaya yang sudah disediakan oleh negara dan orang tua, maka nikmati itu dengan benar. Serap ilmu sebanyak-banyaknya dan pelajari banyak hal yang bisa kita dapatkan disana. Alva Edison memang tidak lulus sekolah, dan kabarnya juga ratusan seniman hebat, ilmuan jenius dan politikus kawakan dunia juga mengalaminya. Tidak ada yang memaksa anda bersekolah jika memang ingin mencontoh Edison, tetapi di samping Edison, ada jutaan pencoleng, penjambret, tukang begal, gali dan para begundal yang hidup menyedihkan dan persamaan semuanya: karena mereka tidak mendapatkan pendidikan yang baik.

Mungkin Edison yang mencipta quote itu, who knows? Tetapi, anda jauh lebih beruntung dari Edison. Setidaknya anda sudah tahu bahwa bola lampu jauh lebih boros dari lampu TL LED. Jadi konklusi kita: Sekolah itu penting!

2. Kuliah itu tidak penting. 

Sangat tidak penting jikalau memang anda anak seorang maharaja kaya raya yang memiliki cadangan kekayaan hingga tujuh puluh turunan bahkan ketika semua keturunannya borosnya setengah mati. Jika bukan, maka anda perlu untuk tidak menggubris quote tersebut.

Kuliah adalah puncak dari pendidikan, tetapi harus diakui bukan yang paling penting. Harus disepakati, hidup dan kehidupan ini adalah guru sekaligus kampus yang paling baik. Ada banyak hal yang tidak didapatkan dari bangku kuliah. Terlebih, di negeri ini, kuliah sering tidak kompak dengan dunia kerja. Terlalui teoritis, mutu dosen yang masih di bawah kualifikasi, beban materi yang terlampau lebay hingga sarana yang kurang mendukung.

Ada banyak research yang menunjukan jika para alumnus kampus kita banyak tidak laku di dunia kerja, alias nganggur. Sungguh disayangkan memang, tapi ini fakta. Terlebih, mayoritas masih mengidam-idamkan jadi PNS. Tentu ini hal yang cukup membuat kita mengelus dada.

Tetapi apakah itu yang membuat kita harus sepakat dan bernyanyi lagu setuju pada adegium, 'kuliah tidak penting'?

Sekali lagi, tidak.
Sangat tidak penting jikalau memang anda anak seorang maharaja kaya raya yang memiliki cadangan kekayaan hingga tujuh puluh turunan bahkan ketika semua keturunannya borosnya setengah mati. Jika bukan, maka anda perlu untuk tidak menggubris quote tersebut.
Jika memang berkesempatan berkuliah, maka lakukan dengan baik. Ada jutaan orang yang mendambanya tetapi tidak bisa mendapatkannya.

Jika memang tidak berkesempatan berkuliah, it's okay. Teruslah berjuang dengan jalan yang lain. Kerja keras akan membuktikannya.

Tapi.....jika sudah berkuliah dan memang mampu untuk berkuliah, lakukan!

Ada banyak godaan ketika anda sudah memiliki status mahasiswa. Berpacaran tanpa kenal waktu, tenggelam dalam hingar bingar dunia pergerakan, atau malah terperosok jurang kenakalan tingkat 'maha' yang belum pernah anda bayangkan ketika menjadi siswa. Teruslah fokus. Ijasahlah tujuan anda, sedang ilmu wajib anda miliki! Jangan menyerah, orang tua anda beserta calon mertua anda menantikan anda menyematkan gelar S.Pd, S.Psi, S.T, S.E dan S yang lain dibelakang nama anda! Semangat! Buktikan anda bisa jadi mahasiswa yang sukses! (Sudah mirip motivator?)

3. Sampai kapan jadi pegawai? 
Jangan mudah tergiur, apalagi dengan godaan MLM yang memang sangat manis. Tidak semua MLM buruk, ada yang baik tetapi ada juga yang dari awalnya sudah tidak logis. Ingatlah bagaimana susahnya anda mendapatkan pekerjaan anda sekarang ini! Terkadang yang menawari anda bisnis baru dan membujuk anda resign, kadang juga menginginkan ada diposisi anda: waktu kerja yang teratur, gaji bulanan dan jaminan hari tua.
Ini juga quote berbahaya. Berbahaya jika anda belum siap secara mental dan finansial untuk merambah dunia wirausaha, lalu memutuskan resign dari kantor anda. Kantor yang selama ini memberikan kecukupan pada anda dan keluarga anda.

Jangan hanya melihat wirusaha dari sisi baik (dan nyamannya). Memiliki jaringan bisnis yang menggurita, pabrik yang terus berkembang atau toko online yang kebanjiran order memang sangat nikmat. But the question is: Apa anda sudah siap bertarung dan berjuang untuk mendapatkannya?

Ada pepatah Jerman yang mengatakan: Urip iki sawang-sinawang. Memang hidup itu terkadang hanya melihat sebagian, dan nampaknya rumput tetangga selalu lebih hijau. Tetapi sering kita tidak melihat ada tetes air mata, peluh nanah dan keringat serta pengorbanan yang luar biasa di balik itu semua. Sanggupkah kita? Apa momennya memang sudah tepat untuk memulainya?

Jika belum, bertabahlah lebih dahulu. Cukupkan berkat yang sudah anda terima sambil terus mencari celah untuk berusaha lebih lagi, dengan cara halal tentunya. Syukuri lebih lagi dan berjuang lebih lagi.

Bukankah lebih baik menyiapkan amunisi lebih banyak sebelum turun berperang? Pelajari dengan seksama dan teruslah tempa karakter anda di kantor lama anda.

Jangan mudah tergiur, apalagi dengan godaan MLM yang memang sangat manis. Tidak semua MLM buruk, ada yang baik tetapi ada juga yang dari awalnya sudah tidak logis. Ingatlah bagaimana susahnya anda mendapatkan pekerjaan anda sekarang ini! Terkadang yang menawari anda bisnis baru dan membujuk anda resign, kadang juga menginginkan ada diposisi anda: waktu kerja yang teratur, gaji bulanan dan jaminan hari tua.

Bob Sadino memang contoh yang baik untuk menjadi wirausaha sukses, tetapi ingat, beliau memang orang kaya. Jika anda sudah siap mental maupun finansial, terjunlah ke dalam lautan bisnis yang anda impikan itu dan bangunlah bisnis anda layaknya Romulus membangun Roma. Terlebih jika memang karakter anda adalah karakter seorang petarung! Tetapi sekali lagi ingat, semua petinju yang baik selalu rajin berlatih sebelum bertarung. Jika tidak, gagal adalah sebuah keniscayaan.

4. Hidup jangan lurus-lurus aja. 
Sengaja tergelincir memang kadang menjadi jalan hidup seseorang. Merasakan pahitnya kesialan atau iseng ingin jadi musuh masyarakat. Tetapi pada akhirnya, percayalah, penyesalan yang datang. Ada banyak orang yang tidak mampu bangkit gara-gara iseng-iseng tolol macam ini. Aplikasinya bisa apa saja; mencoba narkoba, jadi selingkuhan istri/suami orang, sengaja cari masalah dengan atasan dan sebagainya. Tetapi akhirnya tindakan tanpa alasan ini hanya berbuah sesal yang sangat tidak lucu.
Memang benar, karena jikalau memang layaknya jalan, hidup ini pasti tidak mungkin selalu lurus. Kadang perlu belok kanan, ambil kiri atau putar balik. Tapi kalau sengaja melenceng dari tujuan berarti anda tidak bijak. Atau bahasa simpelnya, bodoh!

Belok kanan, kiri atau putar haluan itu sebuah keniscayaan. Tegelincir juga. Atau terjerembab dengan keras. Tapi, jangan jadikan itu sebuah kesengajaan. Kadang ketololan berasal dari coba-coba. Pada akhirnya penyesalan adalah satu-satunya hadiah yang bisa didapatkan.

Menurut saya pribadi, quote itu tidak perlu dituruti. Mungkin itu ajakan sesat agar anda juga ikut-ikutan tergelincir. Orang yang sedang sial memang selalu berharap dapat teman. Sedang jika beruntung, dia akan diam seribu bahasa.

Pun mungkin sekali quote itu lahir sebagai sebuah pembelaan. Maknai lebih dalam. Atau untuk yang satu ini, lebih baik dibuang saja. Delete dari buku 'kumpulan quotes pribadi' anda. Bahaya!

Sengaja tergelincir memang kadang menjadi jalan hidup seseorang. Merasakan pahitnya kesialan atau iseng ingin jadi musuh masyarakat. Tetapi pada akhirnya, percayalah, penyesalan yang datang. Ada banyak orang yang tidak mampu bangkit gara-gara iseng-iseng tolol macam ini. Aplikasinya bisa apa saja; mencoba narkoba, jadi selingkuhan istri/suami orang, sengaja cari masalah dengan atasan dan sebagainya. Tetapi akhirnya tindakan tanpa alasan ini hanya berbuah sesal yang sangat tidak lucu.



Pada akhirnya kita harus bijak dalam menjalani hidup kita, karena setiap kehidupan itu memiliki tantangannya sendiri. Resep dari orang lain, jika memang dianggap terlalu lebay dan membahayakan, lebih baik kita anggap sebagai hiburan saja, layaknya membaca novel Ayat-Ayat Cinta yang indah itu. Tetapi jika memang itu cocok dengan kita, dan ada rumus umum yang bisa kita aplikasikan, maka contek saja. Bisa jadi sarana shortcut yang baik, layaknya mencontek Buku Pepak Bahasa Jawa ketika ulangan Bahasa Daerah. Eh, salah. Jangan mencontek ya. Tidak baik. :)
Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Waspadai Quotes Yang Kau Baca"