Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Besi Menajamkan Besi, Manusia Mengasah Sesamanya

Salah satu kelebihan manusia adalah mampu melukai tanpa menyentuh. Lidah yang tajam dan kreativitas dalam melontarkan kata-kata pedas membakar hati merupakan senjata ampuh yang bahkan tidak dimiliki hewan segarang beruang, sebuas singa atau seberbahaya buaya.

Apakah evolusi membuat kita menjadi sedemikian : kaya akan kosakata yang menyayat hati sesama, mampu menciptakan kondisi sehingga membuat orang tidak betah, dan bisa beraliansi dengan siapa saja demi tujuan tertentu?

Jikalau besi menajamkan besi, maka manusia saling mengasah dengan sesamanya. Melalui tindak tanduk dan ucapan. Atau bahkan dalam diam sekalipun.

Berbahasa

Itulah efek samping dari kemampuan berbahasa. Ya, hanya manusia dan semoga saja hanya kita yang mampu berbahasa sedemikian rumitnya. Mampukah binatang berbahasa? Tergantung bagaimana indikator yang ingin diterapkan, tetapi pada umumnya mereka hanya berkomunikasi dalam upaya untuk kawin, memberi sinyal akan adanya bahaya atau memberi tahu jika ada mangsa.

Tidak akan kita melihat sekelompok babon bergosip tentang anak dari kawanan hutan sebelah yang menghamili teman mainnya. Atau sekelompok babi yang bersiasat untuk mengkudeta pak tani serta mengambil alih lahan pertanian. Percayalah, sehebat-hebatnya babi, dia tetap babi. Semua skenario tentang hewan ternak yang mengambil alih kekuasaan di lahan pertanian hanya ada dalam kisah rekaan Animal Farm karya jenius George Orwell.

Aku pernah bertemu dengan seseorang yang penuh kepahitan. Tiap hari kerjaannya hanya menjerit-jerit. Benar, ia memang memiliki masalah dengan psikologinya. Ketika sedang (maaf) kumat, maka dirinya akan memukul apa saja : ember, seng, kandang ayam, atau pintu sambil mengeluarkan sumpah serapah nan keji.

Beberapa kali aku amati, ternyata semuanya berpola. Pertama ia menjerit, lalu memukul sesuatu dan bercerita sendiri. Alhasil aku jadi tahu, bahwa kepahitan di masa lalu dengan keluarganya membuatnya menjadi seperti itu.

Dia bukan satu-satunya. Ada banyak kasus bunuh diri yang sebenarnya masalahnya tidak perlu ada : bullying, jadi korban fitnah ataupun diselingkuhi pasangannya.

Saling Mengasah

Besi Menajamkan Besi
Besi Menajamkan Besi

Ada kisah seorang bocah yang malang. Tengkoraknya terluka sedari bayi. Sejak kecil ia tumbuh di daerah yang penuh aroma kekerasan. Alhasil, seperti dugaan kita semua, dia tumbuh menjadi kriminal. Debut perdanya adalah ketika di usia 14 tahun ia membunuh wakil walikota karena memecat bapaknya dari pekerjaan sebagai penjaga sekolah. Dialah Pedro Rodriguez Filho.

Uniknya, Pedro akhirnya membunuh bapaknya sendiri bertahun-tahun kemudian karena melakukan KDRT pada ibunya. Ya, ia membunuh sosok yang secara tidak langsung membuatnya jadi pembunuh ketika masih remaja dulu.

Semua di dunia ini saling terkait. Perasaan kita terhubung dengan banyak hal : cuaca yang mendung, kondisi yang menekan batin, gaji yang dipotong gila-gilaan, atau sukses mendapat kenalan baru. Dari perasaan itu sebuah energi akhirnya muncul untuk menentukan alur logika selanjutnya.

Jikalau besi menajamkan besi, maka manusia saling mengasah dengan sesamanya. Melalui tindak tanduk dan ucapan. Atau bahkan dalam diam sekalipun. Aku ingat temanku akhirnya luluh, bersumpah untuk tak selingkuh lagi setelah istrinya mendiamkannya selama hampir setahun. Ia berlutut dan mencium kaki istrinya seraya memohon agar dirinya mau bicara lagi.

Akan selalu ada orang yang mengasah kita dengan berbagai cara, baik tipu muslihat dan umpatan kasar atau kelicikan dan perlakuan semena-mena. Semua bisa datang dari siapa saja : atasan yang egois, guru yang sok sempurna, dosen yang gila hormat, pasangan yang tidak setia, klien yang hobi PHP, atau anak yang bandelnya tembus langit.

Hidup Adalah Ujian

Selahkan baca sederet buku filsafat atau nikmati novel-novel klasik maupun modern. Di sana akan mudah sekali menemukan definisi hidup. Apapun itu, ketika manusia hidup dan bergumul dengan sesamanya, maka ia sedang menjalani ujian.

Setiap orang membawa karakternya masing-masing. Ada yang mampu bertutur halus, sopan dan lembut. Setiap kata ditakar, dipertimbangkan dan diukur agar setidak-tidaknya tidak melukai hati orang lain. Orang seperti ini cocok jadi asisten untuk mengabarkan kabar buruk : efisiensi karyawan, naiknya harga minyak atau sedang akan terjadi bencana.

Ada yang ceplas-ceplos dan bangga bahwa dirinya tak bisa berselimut kata indah. Mengutarakan apa yang ada diotaknya sambil beralibi bahwa dia orang jujur walau kejujurannya selalu berakhir dengan sakit hati orang lain karena pemilihan diksi yang tidak tepat.

Keduanya manusia. Mereka bisa saja lembut di depan tetapi mereka-reka celaka di belakang. Atau kasar di depan dan lebih jahat ketika tidak sedang dihadapan kita.

Seperti ujian, mereka yang lolos pastilah yang cerdas. Setidaknya berpengalaman dalam menjawab soal. Kecuali soal ujiannya bocor atau menyewa seorang joki.

Mengasah dan Diasah

Akan selalu ada orang yang mengasah kita dengan berbagai cara, baik tipu muslihat dan umpatan kasar atau kelicikan dan perlakuan semena-mena. Semua bisa datang dari siapa saja : atasan yang egois, guru yang sok sempurna, dosen yang gila hormat, pasangan yang tidak setia, klien yang hobi PHP, atau anak yang bandelnya tembus langit.

Mau tidak mau, kita harus menerimanya. Keterampilan untuk bersikap dan wawasan kita akan bertambah. Inilah yang tidak pernah diajarkan di bangku sekolah.

Tetapi jangan lupa, terkadang kitalah yang mengasah orang lain. Entah dengan kepedulian, cinta kasih dan hati yang lapang. Atau iri hati, egoisme serta semangat untuk dipuja.

Kita berkontribusi untuk membuat seseorang menjadi semakin kuat dan tajam. Layaknya kapak, ia bisa sangat berguna dalam memotong pohon dan membangun rumah. Tetapi berhati-hatilah, jangan sampai kapak itu justru mencelakai kita.

*****

Kunjungi juga esai lainnya dari Catatan Adi, misalkan Tentang Hujan, yang berisi kegalauan dan kegelisahan dari seorang kelas pekerja atas hidup yang menekan berat. 
Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Besi Menajamkan Besi, Manusia Mengasah Sesamanya"