Akankah Kiamat Menyapa (Sebuah Puisi)
Panik, panik, panik.
Masyarakat panik dan kebingungan.
Borong sana, borong sini hanya karena takut tidak kebagian.
Bukan karena butuh.
Gawat, kemanusiaan kita hancur karena panik.
Kemanusiaan kita hancur karena egoisme pribadi.
Susu, rempah, obat hingga masker jadi ujian.
Kita harusnya malu.
Panik, panik, panik.
Malu, malu, malu.
Aku malu pada diriku.
Aku malu pada semua orang.
Pada tingkah polah yang tidak punya aji.
Pada aji mumpung yang jadi alasan keji.
Panik, malu, panik, malu.
Bukan karena penyakit yang buat kita lenyap.
Tapi salah kaprah dalam menghadapi cobaan.
Ujian, ujian, ujian.
Ketika saat genting masih mikir cara main curang.
Koruptor bersenda gurau dengan nyawa si miskin.
Si miskin teriak lapar yang kaya minta prokes.
Ancur, jum!
Puisi tentang Korona |
Minggu, 25 Juli 2021.
Dalam ruang imaji.
Untuk Catatan Adi.
*****
Baca juga artikel tentang Ilmu Ikhlas yang menggambarkan pentingnya memiliki sifat pasrah di tengah dunia yang kejam. Atau jika suka puisi jenaka, baca 5 pantun lucu.
Posting Komentar untuk "Akankah Kiamat Menyapa (Sebuah Puisi)"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.