Adipati Karna, Tokoh Pewayangan Paling Kasihan
Meski membela Kurawa yang pada dasarnya melambangkan kejahatan, angkara murka dan hal-hal jelek lainnya, tetapi Karna tetap dihormati. Banyak orang yang bersimpati pada tokoh ini. Bahkan nama Bung Karno (Karno-Karna), presiden pertama Republik Indonesia, diambil dari nama tokoh pewayangan ini.
Bagaimana kisah Adipati Karna dan bagaimana ia kemudian menjadi perlambang kesetiaan, keberanian dan jiwa satria? Inilah cerita lengkap tentang Adipati Karna, tokoh pewayangan yang paling merana.
Anak Dewa Matahari
![]() |
| Adipati Karna |
Ternyata Sang Begawan sangat terpesona dengan pelayanan Kunti. Ia lalu memberikan sebuah ajian bernama Aji Suranggana atau Aji Mantra Pangreka (disebut juga mantra Adityaridaya). Mantra itu jika digunakan, bisa memanggil dewa yang diinginkan lalu sang dewa harus memberi anugerah berupa anak.
Kunti kemudian penasaran dengan Mantra Pangreka. Suatu sore ketika sinar matahari sedang hangat menyentuh dirinya, ia mengucap Aji Suranggana lalu datanglah Batara Surya, Dewa Matahari.
Kunti ketakutan karena sebenarnya ia tidak serius memanggil sang dewa. Namun karena sudah hadir, sang Dewa Matahari tetap memberi Kunti anugerah berupa seorang bayi. Dialah Karna atau yang disebut juga Suryaputra karena merupakan Putra Sang Dewa Matahari.
Ada yang mengatakan Karna lahir lewat telinga karena Kunti masih ingin tetap gadis. Namun pada umumnya diceritakan bahwa Karna lahir seperti biasa. Karena malu, Kunti melarung bayi Karna ke sungai. Bayi ini kemudian mengikuti arus sungai dan ditemukan Adirata, seorang kusir dari negeri Angga.
Direndahkan dan Dihina
Sebagai anak kusir, Karna mengalami nasib tragis. Nampaknya direndahkan dan dihina oleh orang-orang yang lebih tinggi derajatnya sudah menjadi makanan sehari-hari.
Meski jelas-jelas berbakat, Karna tetap kesulitan dalam berguru. Pernah ia pergi ke perguruan yang dipimpin Resi Drona, seorang pertapa dan brahmana sakti mandraguna yang memang diminta khusus mengajar anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Ia menolak mengajar Karna lebih jauh karena dia hanyalah putra kusir kuda. Ini membuat Karna akhirnya mencari guru lain.
Ia lalu berguru pada Parasurama, seorang begawan lain yang juga sangat sakti. Demi bisa beguru padanya, ia menyamar menjadi brahmana.
Karna mendapatkan cukup banyak ilmu dari Resi Parasurama, meski pada akhirnya ia ketahuan hanyalah seorang anak kusir kuda. Setelah itu, hal yang tidak terduga terjadi. Resi Parasurama mengutuk Karna bahwa di saat penting, Karna akan melupakan semua mantra dan rapalan yang harusnya dengan mudah ia ucapkan.
Semua orang boleh meninggalkanku, tetapi aku tak akan meninggalkan Duryudana.
Nasib sial Karna tidak berhenti sampai di situ. Ia mengikuti sebuah kompetisi yang diadakan oleh Kerajaan Hastinapura. Meski banyak membuat orang kagum pada awalnya, tetapi ia dihina karena ternyata cuma anak kusir kuda. Bahkan Arjuna, yang sebenarnya kesulitan mengalahkannya, juga turut menghinanya.
Di saat itulah Duryudana, pemimpin para Kurawa datang dan menyelamatkan harga diri Karna. Ia membela Karna dan bahkan mengangkatnya menjadi seorang Adipati. Duryudana memberikan sesuatu yang tidak pernah diberikan orang lain pada Karna, harga diri. Sejak saat itu ia selalu berdiri setia di samping Duryudana. Bahkan dalam pewayangan sering ia disebut berucap, "Semua orang boleh meninggalkanku, tetapi aku tak akan meninggalkan Duryudana."
Mati Dibunuh Arjuna
Senjata Adipati Karna adalah:
Baju zirah ilahi: Sejak lahir Karna sudah memakai anting-anting dan baju perang khas pemberian ayahnya. Dua hal itu bahkan kemudian menjadi bagian dari dirinya. Batara Indra yang merupakan ayah dari Arjuna, takut anaknya kalah saat bertarung melawan Karna. Ia menyamar menjadi brahmana dan meminta baju zirah ilahi itu. Tak disangka, Karna memberikannya, meski akhirnya itu tandanya ia bisa mati.
Konta Wijayadanu: Sebagai ganti dari ketulusan Karna, Indra akhirnya memberikan sebuah tombak sakti (keris dalam versi Jawa) bernama Konta Wijayadanu. Senjata ini sangat sakti dan hanya bisa digunakan satu kali saja. Pada akhirnya, senjata yang semula disimpan Karna untuk menghadapi Arjuna, harus terpaksa digunakan untuk melawan Gatotkaca.
Panah Nagastra: Alkisah ada ular yang sangat membenci Arjuna. Ia merasuk ke dalam anak panah Karna dan menyatu dengan ajian Nagastra. Karna menggunakan itu untuk menyembelih leher Arjuna. Namun saat merapal mantra dan akan melesakkan anak panah tersebut, Salya, mertua sekaligus pada waktu itu jadi kusir keretanya, sengaja membuat kereta tidak stabil. Alhasil Arjunapun selamat.
Sebelumnya Karna sudah mengalahkan Bima, Yudistira, Nakula dan Sadewa tetapi tidak membunuhnya karena dipaksa oleh Kunti. Ia juga ditipu Indra yang mengambil baju zirahnya. Bahkan Salya mertuanya sendiri lebih memilih menyelamatkan Arjuna.
Saat akan merapal mantra pamungkas untuk mengimbangi Pasopati Arjuna, seketika Karna lupa mantranya. Roda keretanya juga terperosok lumpur. Di saat seperti itulah, Arjuna melesakkan Pasopati dan langsung membunuh Karna. Adipati Karna mati ditangan Arjuna, adik tirinya sendiri.
Kepahlawanan Adipati Karna
Ada banyak orang yang sangat kagum pada kesetiaan Karna. Bahkan Bung Karno juga salah satunya. Nama beliau sebenarnya Kusno, tetapi karena sakit-sakitan, ia mengganti nama jadi Soekarno, berasal dari kata Karna.
Karna memang saudara Pandawa, tetapi jika merunut dari silsilah Pandawa dan Kurawa, Karna bukanlah wangsa Barata. Ia hanya berbagi ibu yang sama.
Dari Karna kita bisa belajar banyak hal seperti keteguhan, kesetiaan dan kerja keras. Meski sering jadi bahan hinaan karena hanya anak kusir kereta, ia tidak gentar. Ia menunjukkan pada dunia bahwa kemampuan dan kerja keras bisa merubah takdir. (Catatanadi.com)

Posting Komentar untuk "Adipati Karna, Tokoh Pewayangan Paling Kasihan"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.