Catatan Baca Kitab Kejadian : Permulaan Segalanya
Permulaan dari
segalanya
(Kejadian 1-3)
Allah Sang Kreator
Catatan Adi - Tidak ada asap
tanpa ada api, kecuali dalam laboratorium kimia. Peribahasa ini jelas
menggambarkan bahwa setiap akibat pasti didahulu oleh adanya sebab. Munculnya
asap didahului dengan adanya api. Bahkan jika si asap muncul dari laboratorium
kimia, pasti ada si laboran di sana.
![]() |
sumber : pexels |
Langkah awal dari
kepercayaan terhadap Kristus haruslah didahului oleh kesadaran bahwa ada Dia,
Yang Maha mendahului, yang kemudian menciptakan alam semesta ini. Tanpa adanya
kesadaran dan pengakuan terhadap keberadaan Dia Sang Pencipta, maka rapuhlah
kepercayaan itu. Bahkan lebih dari itu, kepercayaan itu hanyalah omong kosong.
Lalu siapakah Dia?
Dia adalah Yahwe, Allah Yang Perkasa, Sang Alfa-Omega. Keberadaan kita sebagai
manusia dan alam semesta ini sudah merupakan dua bukti yang tidak akan pernah
bisa dibantah lagi, kecuali bagi mereka yang belum terbuka mata batin dan
pikirannya.
Dalam Kejadian 1:1
jelas mengatakan, “Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi”. Langit dan bumi tidak muncul secara
tiba-tiba. Ia bukanlah sebuah hasil dari ledakan yang tidak sengaja yang muncul
tanpa skenario, lalu berproses secara mandiri hingga menjadi langit dan bumi
seperti sekarang ini. Langit dan bumi adalah buah karya Allah.
Jelas ini adalah
bantahan paling telak bagi mereka yang menganut kepercayaan bahwa alam ini ada
dengan sendirinya, tanpa ada satu kekuatan tunggal yang imanen yang menciptakan
apalagi mengaturnya. Kejadian 1:1 adalah pembuka yang tepat yang tidak
bertele-tele sekaligus sangat tegas. Ini adalah preambule bagi deklarasi iman umat Kristen bahwasanya Allah
Yahwe-lah yang menciptakan semesta. Dan sampai kapanpun hal ini harus dipegang
teguh, bahkan andaikata seluruh sarjana dan saintis di muka bumi ini menyanggahnya.
Bukan Allah yang
Acuh
Ada salah satu
pendapat lagi yang perlu kita sayangkan. Pendapat itu mengatakan bahwa Allah
memang menciptakan alam ini, tetapi
kemudian meninggalkannya. Ini sangat keliru. Silahkan baca rangkaian
ayat demi ayat, mulai dari ayat 2-29. Jelas urut-urutannya benar-benar
menakjubkan. Tuhan mengatur kondisi dan keadaannya dulu, sebelum menciptakan
burung-burung, ikan-ikan dan hewan ternak serta manusia!
Tidak mungkin
Allah Yahwe menciptakan semesta lalu kemudian membiarkan semesta ini berjalan
dengan sendirinya. Andaikan Tuhan Yahwe berhenti pada hari pertama, ketika Dia
membuat terang yang pertama, maka yang ada hanyalah terang itu sendiri. Tetapi
Kitab Suci mengatakan bahwa Allah Yahwe menciptakan dan mengatur segalanya
sehingga semesta ini benar-benar siap untuk dihuni.
Allah bukanlah
gadis sekolahan yang depresi karena mengandung janin dari hubungan tidak resmi
lalu melahirkan janin itu dan kemudian membuangnya di depan pintu panti sosial.
Allah adalah pencipta yang baik hati. Ia senantiasa merawat dan menyertai
ciptaan-ciptaannya, terutama umat manusia. Hal ini akan makin terpampang nyata
di pasal berikutnya.
Pada pasal 2 ayat
9, “Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik
dan baik untuk dimakan buahnya.....”
Jelas terlihat
bahwa setelah kondisi semesta memungkinkan untuk dihuni manusia, Tuhan Allah
juga menyiapkan kebutuhan manusia yang paling utama: makan. Pada awal mula,
manusia tidak mengenal ilmu bertani. Bahkan mungkin pengetahuan bahwa biji harus
menyentuh tanah agar bisa tumbuh menjadi pohon dan berbuah juga belum ia
dapatkan. Tetapi karena kemurahan dari Allah Yahwe, maka manusia itu dapat
makanlah dengan sepuas-puasnya. Bukan hanya perkara perut saja, ternyata Allah
Yahwe juga mengerti dan menyadari kebutuhan-kebutuhan lain dari manusia. Dan
seperti yang sudah-sudah, Ia pun turun tangan untuk membantu manusia
memenuhinya.
Siapa yang
pertama?
Tetapi sebelum
kita melihat lebih jauh apa tindakan Allah Yahwe pada leluhur kita tersebut,
mari kita bahas sejenak proses penciptaan Adam. Manusia bernama Adam ini memang
kontroversial. Ia sejak ribuan tahun dikenal dan diakui sebagai manusia
pertama, bukan hanya oleh umat Kristen, melainkan juga Islam, Yahudi, dan
kepercayaan-kepercayaan lainnya.
Tetapi dewasa ini,
muncul teologi yang mengatakan bahwasanya Adam bukanlah manusia pertama. Bahkan
banyak juga pengajaran-pengajaran yang menjamur di luar sana yang menyangsikan
keberadaan Adam. Lalu bagaimana kita sebagai umat Kristen bersikap.
Satu kalimat tegas:
Kita wajib percaya akan adanya Adam. Alkitab menjelaskan bahwasanya pada hari
keenam, Adam diciptakan Tuhan dari tanah liat yang diberi nafas oleh Yahwe
sendiri. Tidak dijelaskan bahwa sebelum Yahwe, diciptakan makhluk-makhluk lain
yang menyerupai manusia.
Bisa saja, Musa
selaku penerima wahyu untuk menulis kitab Kejadian ini, memiliki keterbatasan
untuk menyebutkan makhluk-makhluk (yang jikalau memang ada) yang mungkin
menyerupai manusia. Bahkan andaikan seperti itu adanya, mereka jelas bukan
manusia. Karena hanya Adam yang jelas dituliskan disini, maka umat Kristen
tidak boleh ragu, bahwa memang Adamlah manusia yang pertama.
Lalu bagaimana
dengan mereka yang mengatakan bahwa Adam hanyalah rekaan dari Musa, hanya
produk dari kebudayaan Israil dan Arab, atau hanyalah hasil konspirasi
pemerintahan tertentu untuk melegalkan superioritas ras tertentu? (Harap jangan
tertawa, tersenyum boleh J).
Berbeda pendapat
memang adalah sebuah keniscayaan, tetapi tetaplah saling menghormati. Dan
menghormati bukan berarti ikut mengamini serta mengimani. Karena jika kita
tidak mempercayai keberadaan Adam, maka runtuhlah seluruh logika Kristen kita,
dan Kitab Suci ini lebih baik berhenti untuk dibaca sebagai sebuah fakta dan
firman Allah, sampai pada Kitab Kejadian pasal 1-31 saja!
Karena jelas,
bahwa kelahiran Yesus Kristus serta karya penyaliban yang agung itu adalah
untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mengapa manusia berdosa? Karena manusia
telah melanggar perintah Allah. Perintah Allah yang mana? Tentu saja perintah Allah
untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat! Lalu sebagai
manusia, apakah anda pernah memakannya? Tentu saja tidak. Bukan anda, saya atau
yang lainnya, tetapi Adamlah, nenek moyang kita yang melakukannya.
Lalu ketika kita
mempercayai para pengajar yang katanya mendalami berbagai disiplin ilmu, baik
sejarah, filsafat, teologi, antropologi, biologi, kimia sampai ilmu tentang
konspirasi, yang mencetuskan pernyataan bahwa Adam tidak pernah ada, maka pada
saat itu juga kita merobohkan bangunan iman kristiani kita, yang bersumber
daripada pengorbanan Sayidinah Isa di kalvari!
Dari sekelumit
pembahasan diatas, tidak ada salahnya bagi kita untuk terus memperbaharui iman
kepercayaan kita terhadap Allah Sang Pencipta beserta segala keperkasaanNya
yang kita ketahui dari kitab suci, termasuk kebesaranNya menciptakan manusia,
sosok paling mulia, sempurna dan dikasihi diantara ciptaan-ciptaan yang lain.
Allah yang
romantis.
Tampaknya, sejak
awal diciptakan, leluhur kita yang bernama Adam juga memiliki suatu kebutuhan
yang melekat dari dalam dirinya, yaitu kebutuhan akan adanya kawan karib yang
sepadan. Adam tidak sendirian. Ia ditemani aneka satwa dan flora yang indah
serta bahkan Allah Yahwe itu sendiri.
Tetapi karena takdir yang memang harus
dilaluinya, dan bukti akan kemanusiaannya, Adam tetap merasa kesepian. Dan
sebagai Pencipta yang bertanggung-jawab, Allah bukan hanya menyadarinya, tetapi
juga mengambil tindakan selanjutnya.
Difirmankan bahwa
akhirnya Allah mengambil bagian dari rusuk Adam untuk kemudian membentuk wanita
yang nantinya dipanggil sebagai Hawa atau Eva. Jelas bahwasanya manusia adalah
ciptaan Allah dan bahwasanya Allah selalu memperhatikan kebutuhan ciptaanNya,
terutama manusia.
Apa yang dapat
kita ambil dari Kejadian pasal 1-3 ini?
Kita dapat
mengambil banyak hal dari bagian awal kitab Kejadian ini. Tentu saja yang utama
adalah pengakuan bahwasannya Allah Yahwe-lah yang menciptakan semesta beserta
segala yang ada di dalamnya.
Apakah kisah
penciptaan dalam Alkitab dapat dibuktikan secara ilmiah?
Pasti bisa, karena
pada dasarnya kejadian penciptaan memang benar-benar terjadi. Allah sendiri
yang mewahyukan hal tersebut kepada Musa, dan sepatutnyalah kita bersyukur
Allah berkenan melakukannya.
Apa buktinya jika
penciptaan dalam Alkitab dapat dibuktikan secara ilmiah?
Sejarah mencatat
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin
berkembang dengan pesat. Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan ternyata
sering harus direvisi seiring dengan bermunculannya fakta-fakta baru. Ini
membuktikan kelemahan daripada keterbatasan kita, dan ini sangat manusiawi.
Suatu saat, semua
misteri yang berkenaan dengan segala yang tidak bisa diterima nalar manusia
yang terbatas itu akan dibukakan oleh Allah, tentu jika Allah berkenan.
Posting Komentar untuk "Catatan Baca Kitab Kejadian : Permulaan Segalanya"
Komentar Anda akan muncul setelah kami review.