Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tiga Pendekar Naga (Bab 3)

Seorang pria muda tampak kelelahan. Mukanya hitam penuh jelaga. Tangannya memar. Sejak pagi ia bekerja memecah batu dan menggangkutnya ke gudang. Ia bahkan belum makan sama sekali. 

Ia kini duduk termenung. Ia sangat haus. Ia lihat sekelilingnya, mencoba mencari air, tetapi tidak ada. Ia berniat keluar ke sungai untuk minum air. Sungai kotor itu baginya akan jadi penyelematnya. 

Namun kemudian pintu berderit. Seorang pria dengan cambuk di tangan kanannya masuk. Ia sempoyongan. Ia lalu mencambuk pria muda itu. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Empat kali.

Pria itu memohon ampun sembari kembali mengambil martil dan memecah batu bara. Sebuah rutinitasnya sehari-hari. 

Si pria mabuk tetap mengawasinya. Tetapi ia tidak bisa berhenti. Ia menggerakkan cambuknya dan mencambuk si pria muda. Si malang itu tumbang ke tanah. Ia menangis. Pria tua nan kejam itupun berlalu. 

Siapakah pria muda nan malang itu? Kenapa nasibnya begitu tragis? Tidak adakah yang berbelas kasihan dan menolongnya?

Tiga Pendekar Naga - Bab 3
Tiga Pendekar Naga - Bab 3

Pria muda itu bernama Xie San. Sedang pria tua tambun yang mabuk sambil memecutinya adalah Xie Gie, ayahnya sendiri.

Xie Gie sangat membenci anak tunggalnya itu. Ia menyiksanya setiap hari. Bahkan sedari Xie San lahir, ia sudah punya nasib buruk.

Lahir tanpa ibu, Xie San sungguh malang. Ketika bayi, dua kali ayahnya mencoba membunuhnya namun gagal. Ia lalu mengirim Xie San ke kebun, alih-alih ke sekolah. Di sana ia justru belajar ilmu alam, ilmu tentang hewan dan pertanian. Ayahnya marah.

Ia lalu mengirim San ke Perguruan Monyet Emas. Di sana, ia disiksa oleh guru-gurunya atas perintah ayahnya. Namun ia tetap bertahan dan bahkan menjadi kuat. Semua ilmu ia kuasai dengan mudah. Ia bahkan menjadi pendekar terbaik, namun ayahnya memanggilnya sebelum ia mencapai tingkat pelatihan tertinggi. 

Lalu ayahnya memerintahkannya jadi juru tulis untuk usaha niaganya. Berharap Xie San gagal dan ada alasan memenjarakannya atas tuduhan korupsi. Tetapi San justru makin cerdas. Ia kuasai ilmu dagang, ilmu hitung termasuk berdiplomasi dengan para pedagang asing.

Marah, ayahnya akhirnya memenjarakannya di perusahaan tambang batu bara sebagai seorang tukang angkut batu. Ia menerima dengan ikhlas.

Ketika sadar, ayahnya hanya mengomelinya. Namun saat mabuk, ia menyiksa San di luar batas kemanusiaan. Anehnya San tetap bertahan dan bahkan makin kuat. Hanya hatinya terluka.

Apakah orang-orang tidak tahu kelakuan Gie pada San? Tentu mereka tahu. Jaksa, hakim, polisi, bahkan seluruh orang di Zeilang mengetahuinya. Namun mengapa mereka diam?

Itu tak lain karena mereka segan pada Xie Gie. Sebagai seorang yang sangat kaya, Xie Gie berhasil membangun Zeilang yang tadinya wilayah miskin menjadi sangat makmur.

Kerajaan Wui sangat luas, bahkan nyaris seluas Benua Hang Ho. Namun itu juga jadi masalah. Banyak pemberontakan karena mereka merasa Raja Wuilan hanya membangun Chang'ze. Untung ada Jenderal Rei yang berhasil membangun wilayah utara-barat serta Xie Gie yang sukses memajukan Zeilang.

Xie Gie punya dua perusahaan niaga yang menguasai setengah ekonomi Wui. Ia juga membangun pabrik baja, pabrik tekstil, institut kereta api, stasiun, pangkalan udara dan pembangkit listrik.

Semua itu mengubah wajah Zeilang yang miskin menjadi kaya. Orang-orang di sana jadi berkecukupan. Tidak ada pengangguran. Bahkan Zeilang punya sistem rel kereta api yang jauh lebih baik dari Chang'ze.

Semua keberhasilan itu diketahui oleh Raja. Baginda sering mengundang Gie untuk ke istana, bahkan termasuk menginap di kamar bangsawan.

Xie Gie juga adalah contoh rakyat yang loyal pada rajanya. Ia memuja Raja Wuilan seperti memuja Dewa. Apa yang dilakukan hanyalah demi negeri dan tanah airnya.

Pada saat Raja mengadakan pesta pertunangan antara Jenderal Rei dan Putri Giok, Gie juga diundang. Ia menyaksikan sendiri kecantikan Putri Giok dengan mata kepalanya sendiri. Ia terbelalak. Tadinya ia mengira istrinya adalah wanita tercantik di alam semesta, namun setengah kecantikan Putri Giok jauh melebihi istrinya.

Raja juga sempat memberikan kalung emasnya pada Gie. Dengan haru dan hormat Gie berterima kasih. Semua itu membuat para gubernur iri. Tetapi mereka tidak berani bersuara karena pembangunan yang dibuat Gie di Zeilang hanya bisa ditandingi oleh Chang'ze dan wilayah utara-barat.

Hampir setiap bulan, Gie memang diundang untuk memberikan ceramah di berbagai propinsi. Gubernur lainnya melakukan itu sebagai upaya menjilat raja karena mereka tahu, Xie Gie adalah tokoh yang sangat disayang istana.

Namun Xie Gie yang tahu hal itu, tidak pernah mempermasalahkannya. Ia menganggap ilmunya harus dibagikan agar Wui jadi makin makmur dan pemberontakan karena isu ketimpangan pembangunan segera reda. 

Ia juga mendirikan sebuah akademi niaga yang diberi nama Universitas Xie Gie. Di sana, ia mendidik banyak sarjana niaga dan ahli keuangan agar bisa membangun propinsi-propinsi lainnya. Itulah sekelumit keberhasilan dari seorang Xie Gie. 

Meski demikian, ia sempat punya masalah. Rakyat miskin yang ia beri beras gratis tiap minggu meminta lebih. Mereka membuat keonaran. Sebenarnya San mampu meredamnya, tetapi ia justru tidak suka. Ia meminta Jenderal Rei mengirim bantuan.

Segera Rei mengirim perwira Tat Ha dan sepuluh ribu pasukan. Itupun belum cukup. Ia lalu meminta bantuan para pendekar dari Perguruan Monyet Emas. Sebagai imbalannya, ia menyumbang empat juta Zera dan delapan puluh ton beras kepada Perguruan Monyet Emas setiap tahun. 

Ia juga punya pasukan yang terdiri dari para pekerjanya. Dengan itu semua, ia berhasil menghancurkan para pembuat onar. Ia bahkan sudah mirip seperti raja kecil di Zeilang. Para bupati, walikota dan bahkan jaksa tunduk padanya. Itulah yang membuat mereka terpaksa menutup mata pada nasib Xie San yang selalu disiksa oleh ayahnya sendiri. 

Sebenarnya banyak juga yang heran pada kelakuan Gie. Bahkan Tat Ha nyaris membunuh Gie karena tidak tega melihat San disiksa terus menerus. 

Perwira Tat sempat berencana mengirim San ke ibukota atau ke utara agar menjadi prajurit dan terbebas dari ayahnya. Tetapi anehnya San menolak karena ia tak mau membuat ayahnya kecewa. 

Tak kurang akal, Tat berniat melaporkan Gie ke Jaksa Agung. Ia tahu, Gie sebenarnya juga punya banyak musuh yang iri karena keberhasilannya. Salah satunya adalah Jaksa Agung. Ia pasti tak akan berkutik jika pejabat pusat yang turun tangan. Tetapi ia dicegah oleh Jaksa Guixoyze, seorang jaksa wilayah di Zeilang. 

"Tapi apa yang dilakukan pria itu sungguh kejam, Jaksa! Tidakkah Anda melihatnya?"

"Aku melihatnya, tetapi terpaksa aku menutup mata."

"Kenapa?"

"Masihkan Anda bertanya? Gie adalah pahlawan di sini. Siapa lagi yang mampu membangun Zeilang seperti tuan Gie? Biarlah anak itu menjadi pelampiasan ayahnya. Mari berdoa semoga ia segera insyaf."

Tetapi nyatanya Gie tidak pernah berubah. Ia malah makin menjadi-jadi. San lalu dirantai dan dipenjara di ruang bawah tanah. Ia sendiri tidak tahu apa kesalahannya. Hingga kemudian, ia bertemu dengan sosok yang menjadi satu-satunya sahabat karibnya. Namun sosok itu bukan manusia, melainkan seekor tikus.

Bersambung ....

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Tiga Pendekar Naga (Bab 3)"