Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

ChatGPT Vs Blogger

Google yang sejak lebih dari satu dasawarsa yang lalu berhasil menjadi mesin pencari sekaligus rujukan utama masyarakat dari berbagai belahan dunia terancam. Tentu saja sosok yang demikian mampu membuat raksasa platform telusur itu khawatir pastilah karena memiliki inovasi teknologi yang canggih dan mampu diterima publik. Platform itu adalah ChatGPT.

Rasanya tidak berlebihan jika ChatGPT mampu membuat Google, termasuk juga mesin telusur lain ketar-ketir. 

Muncul di penghujung 2022, platform besutan Open AI tersebut dengan cepat mampu diterima khalayak ramai karena kecanggihannya.

Tidak seperti Google, tampilan ChatGPT jauh lebih ringkas, sederhana dan apa adanya. Sebuah beranda dengan kolom untuk menuliskan pertanyaan atau perintah menjadi fitur utamanya. 

Satu hal lagi, ChatGPT tidak menawarkan berbagai situs yang seringkali diisi portal berita klik bait dan website pemburu trafik semata, yang satu halaman isinya lebih banyak iklannya daripada konten utaman. Namun mesin berbasis AI ini langsung memberikan jawaban seketika atas sebuah pertanyaan. 

Hal ini tentu sebuah terobosan yang baru dan luar biasa. Data yang ditampilkan juga cukup menarik dan padat berisi, selain juga sering mencantumkan sumber. 

Tidak puas dengan jawaban pertama, user bisa segera mencari jawaban lainnya dengan menekan tombol berlambang refresh.

ChatGPT Menghancurkan Blog dan Blogger?

ChatGPT dan masa depan blog
ChatGPT dan masa depan blog

Sebagai seorang blogger yang sudah menulis di blog sejak 2010, aku cukup punya alasan kuat untuk berkata bahwa bukan ChatGPT yang menghancurkan periuk nasi para blogger.

Pertama-tama adalah media dan portal online yang terjun ke dunia digital, itulah yang menghancurkan kepopuleran blog. Disamping juga media sosial.

Portal berita dan media online membahas berbagai niche, menebas semua topik dan menjalankan roda bisnisnya sebagaimana blog, namun dengan dukungan finansial yang jauh lebih digdaya serta sumber daya yang massif.

Portal ini juga berkembang dan membangun sub-domain atau domain lain berbasis lokasi. Bahkan kini mereka membuka kerjasama dengan siapapun yang ingin mengembangkan media online tetapi tidak digaji, melainkan dibayar berdasarkan views. Tentu ini sebuah lelucon yang tidak lucu, gambaran besar paling nyata bagaimana kapitalisme bekerja dengan banal dan tanpa topeng. 

Namun jauh lebih dalam, jika kita melihat fenomena ini, tentu akan bermuara pada satu kesimpulan: kewajaran.

Bukannya menormalisasi fenomena ini, tetapi mereka yang tadinya hidup dari kertas fisik, dipaksa untuk menjadi digital. Di dunia baru ini mereka ternganga, melihat betapa mudahnya mendapatkan penulis yang mau dibayar murah. 

Alhasil kecepatan untuk menampilkan konten atau berita bisa diatasi, dengan jumlah publikasi harian yang luar biasa banyaknya.

Penulis konten, yang dibayar berdasarkan views, seperti berdatangan. Banyak yang berhenti ditengah jalan melihat kerja kerasnya menulis 10-20 konten perhari tetapi hanya menghasilkan pendapatan tidak lebih untuk beli nasi bungkus dan bayar parkir. 

Pada akhirnya itu mempengaruhi kualitas dari ekosistem literasi digital kita. Aku sendiri sudah hafal ciri khas media online ini, yakni judul bombastis, laman yang dibagi menjadi 3-4 halaman dan pembahasan yang sama sekali tidak mendalam.

Di titik ini, kehadiran ChatGPT sungguh seperti sebuah jawaban. Benar-benar jawaban dalam arti yang sesungguhnya.

Orang yang ingin cari sebuah informasi, tidak harus melewati daftar media online yang iklannya bertumpuk dengan konten kurang mendalam serta dibagi dalam sekian halaman.

Robot AI ini bahkan mampu membuat jawaban dengan struktur kalimat yang enak dibaca, teratur dan baku.

Aku cukup terbantu dengan ChatGPT walau tentu saja platform ini belum sempurna dan masih harus memakai Google ataupun Bing.

Bukan yang Pertama

ChatGPT sebagai sebuah inovasi tidak layak disebut pendobrak. Sebelum alat ini, sudah banyak platform yang juga mencoba menjadi penyedia jawaban.

Wikiepedia dan Wikihow misalnya. Tersedia dalam web dan aplikasi, dua platform itu ditulis oleh para ahli di bidangnya sehingga jawabannya bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan untuk urusan kesehatan aku lebih percaya mereka daripada platform senada yang fokus mengenai urusan medis.

Ingin sesuatu yang lebih manusiawi dan personal? Ada Quora yang mampu memberikan jawaban dari para pengguna lainnya. Penanya bisa menanyakan pertanyaan ke pengguna tertentu yang punya kredensial tepat. Hal yang sama juga bisa dilakukan di LinkedIn, Reddit bahkan Twitter sekalipun.

Kembali ke Bentuk Lama: Blog Personal

Aku dan Catatan Adi sudah mengambil sikap, tidak akan fokus pada monetisasi, tetapi menjadikan blog ini sebagai sarana hobi dan menjalin silaturahmi saja, alias blog personal. Dapat cuan ya disyukuri.

Mungkin jenis blogger yang akan mencak-mencak adalah mereka yang berburu trafik organik dengan menyajikan artikel teknologi, features, fashion, dan tentu saja pendidikan. 

Keberadaan ChatGPT berarti bertambah pula musuh yang harus dikalahkan di daftar pencarian demi SERP.

Padahal Google sudah mengetengahkan formua EEAT, dimana fokus mempromosikan konten yang ditulis berdasarkan keahlian, kebenaran, dan kredibilitas penulis.

Menarik untuk dilihat apa yang akan dilakukan Google dalam menjaga status quo yang selama ini mereka pegang. Tentu ini akan sangat mempengaruhi para blogger. 

Namun dugaanku, ekosistem blog dan digital akan berubah total. Para blogger akan digiring untuk menjadi blogger yang personal, mengetengahkan konten opini, argumentasi atau pengalaman pribadi yang nyata. 

Pada akhirnya aku sama sekali tidak resah dengan kehadiran ChatGPT. Keresahanku adalah, platform ini digunakan tidak semestinya, misal untuk mencontek atau hal-hal semacamnya di dunia akademis. Sungguh menyedihkan. 

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

1 komentar untuk "ChatGPT Vs Blogger"

  1. betul juga semenjak ada chatgpt para content writer jadi terpinggirkan, biar di terima adsense aja gk mudah kriteria artikel bagaimana yang diinginkan oleh pihak google.

    BalasHapus