Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Waspada 3 Bisnis Scam yang Masih Bergentayangan

Sejak manusia mengenal konsep “uang”, sejak itu pula lahir berbagai inovasi cara cepat kehilangan uang. Tentu saja, bukan kehilangan karena beli bakso atau bayar kos, tapi kehilangan akibat jebakan manis yang diberi label “bisnis”. Menariknya, meski sudah ada ribuan berita, ratusan korban, bahkan selebritas masuk penjara gara-gara kasus serupa, tetap saja ada yang rela menaruh tabungannya ke dalam tiga skema abadi ini: arisan bodong, robot trading, dan penggandaan uang.

Ironis? Ya. Menggelikan? Sangat. Tragis? Sudah pasti. Mari kita kuliti satu per satu.

1. Arisan Bodong: Janji Hangat, Endingnya Keringat Dingin

Arisan, dalam definisi normal, adalah kegiatan sosial yang cukup sehat: kumpul ibu-ibu, makan kue, setor uang, lalu dapat giliran narik. Ada unsur silaturahmi, ada kebersamaan, dan tentu saja ada kesempatan pamer gelang emas terbaru. Namun, begitu kata “bodong” menempel, arisan berubah dari ajang silaturahmi menjadi lomba siapa paling cepat ditipu.

Ciri Khas yang Selalu Muncul

  • Admin arisan menjanjikan “keuntungan luar biasa”, misalnya setor 1 juta, sebentar lagi cair 5 juta.
  • Peserta makin lama makin banyak, direkrut pakai jurus “ayo ajak teman biar cepat cair”.
  • Saat dana terkumpul, admin menghilang: entah ke luar negeri, atau minimal ke kontrakan baru yang alamatnya tidak diketahui.

Fenomena ini persis seperti menaruh uang ke dalam blender, menyalakannya, lalu berharap es krim keluar. Para korban biasanya baru sadar setelah gilirannya tak kunjung datang, tapi celakanya, masih ada yang berkata, “Ah mungkin admin lagi sibuk.”

Kelebihan arisan bodong hanyalah satu: melatih kesabaran. Kekurangannya? Semua yang lain.

2. Robot Trading: Kecerdasan Buatan, Kebodohan Nyataan

Kita hidup di zaman teknologi, di mana kata “robot” dan “AI” terdengar seksi. Maka muncullah penawaran: “Biarkan robot bekerja untuk Anda. Uang Anda akan berkembang otomatis. Tidur saja pun saldo bertambah.” Kedengarannya canggih, ya? Seolah-olah Elon Musk sendiri yang mencetak brosur promosinya.

Cara Kerja Versi Brosur (dan Versi Nyata)

  • Anda setor uang.
  • Uang itu katanya dipakai robot pintar untuk bertransaksi.
  • Beberapa bulan pertama, memang benar saldo naik.
  • Begitu korban makin banyak, tiba-tiba sistem error, robotnya libur panjang, dan saldo lenyap seperti mimpi indah yang berakhir alarm subuh.

Lucunya, banyak yang percaya karena tampilannya dibuat seolah-olah profesional: ada grafik naik turun, angka-angka yang berubah tiap detik, bahkan suara notifikasi transaksi. Persis seperti menonton film sci-fi kelas B.

Bumbu Pemasaran: Teknologi + Mistis

Yang lebih ironis, mereka sering menambahkan jargon religius: “Inilah ikhtiar rezeki modern, halal, tanpa riba.” Padahal, satu-satunya yang halal hanyalah uang Anda yang berpindah ke rekening mereka.

Robot trading scam adalah bukti bahwa teknologi bisa maju, tapi keserakahan manusia tetap kolot.

3. Penggandaan Uang: Logika Minus, Keyakinan Plus

Jika ada Nobel untuk kategori “Kebohongan Paling Abadi”, penggandaan uang pasti jadi pemenangnya. Dari dukun bersorban hingga pria berjas rapi, semuanya pernah mencoba menjual ide absurd ini: setor uang seratus ribu, nanti berubah jadi sejuta, asal disimpan di dalam kardus, dipanasi lilin, atau ditemani doa-doa tertentu.

Bahkan biasanya para dukun ini juga merangkap jadi psikopat. Mereka tak segan membantai korbannya demi bisa menguasai harta mereka.

Uji Logika Sederhana

Seandainya teknik menggandakan uang itu nyata, Bank Indonesia pasti sudah tutup buku. Tak perlu repot cetak uang baru, cukup panggil satu dukun sakti, kasih modal Rp1 miliar, dan biarkan jadi Rp100 triliun dalam semalam. Negara pun bebas utang!

Tapi entah kenapa, masih saja ada korban. Biasanya mereka terhipnotis janji “cepat kaya tanpa usaha”. Ironinya, mereka percaya pada seseorang yang jelas-jelas lebih miskin dari mereka. Kalau si “pengganda uang” memang sakti, kenapa masih numpang di rumah kontrakan sempit?

Penggandaan uang lebih mirip pertunjukan sulap murahan. Bedanya, penonton sulap sadar itu trik, sementara korban yakin itu mukjizat.

Kenapa Scam Ini Tak Pernah Mati?

Pertanyaan klasik: sudah jelas-jelas menipu, kenapa masih ada yang ikut? Jawabannya sederhana: keserakahan dan harapan instan.

Tombol Psikologi yang Ditekan

  • Arisan bodong memanfaatkan keinginan orang untuk dapat giliran cepat.
  • Robot trading menunggangi ilusi teknologi dan janji passive income.
  • Penggandaan uang menekan hasrat primitif: kaya tanpa usaha.

Selama masih ada yang percaya rezeki bisa datang secepat mie instan diseduh, selama itu pula skema-skema ini akan terus lahir kembali, hanya berganti kemasan.

Akhir Kata: Kalau Mau Kaya, Bukan Begini Caranya

Bisnis scam, jauhi sekarang juga!
Bisnis scam, jauhi sekarang juga!


Ketiga “bisnis” ini sejatinya punya satu kesamaan: mereka tidak pernah menjelaskan bagaimana keuntungan itu tercipta. Selalu ada kabut, rahasia, atau istilah teknis yang bikin bingung. Karena memang pada dasarnya, tidak ada keuntungan nyata. Yang ada hanyalah uang korban baru dipakai bayar korban lama, alias skema ponzi klasik yang dibalut gula-gula cerita manis.

Kalau memang mau kaya raya, coba baca 3 pekerjaan bikin cepat kaya di tahun 2025 yang mungkin bisa menambah inspirasi. 

Tiga Pertanyaan Penangkal Tipu

  • Dari mana sebenarnya uang keuntungan ini berasal?
  • Kalau benar menguntungkan, kenapa mereka repot-repot mengajak saya?
  • Dan yang paling penting: kalau mudah, kenapa si “pelaku” tidak kaya raya sendiri saja?

Jawaban jujur dari pertanyaan-pertanyaan itu biasanya cukup untuk menyadarkan, kecuali memang sudah berniat menutup logika. Pada akhirnya, kita hanya bisa menertawakan ironi ini: di era informasi super cepat, di mana berita scam bisa diakses dengan satu klik, masih saja ada yang rela masuk perangkap yang sama. Sungguh, penipunya kreatif—tapi korbannya jauh lebih konsisten.

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

12 komentar untuk "Waspada 3 Bisnis Scam yang Masih Bergentayangan"

  1. That "Kebodohan Nyataan" hahaha.

    Di satu sisi suka kasihan sama korban tapi disisi lain suka mikir, koq bisa sejak awal gabung dengan bisnis scam begini?

    Mungkin akan lebih jarang yang berani membuat bisnis setipe (dan jatuh korban) jika ada regulasi yang jelas dan tampak menghukum pelaku dengan tegas

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah yaa, ngga pernah terlibat dan ngga tergiur dengan yang instan.
    Meski tertatih2 dan selalu kurang lebih, cari rezeki halal dan lurus2 begini aja lebih nyaman ya.
    Tenang hidup, tenang kerja dan tenang ibadah. Insyaallah...

    BalasHapus
  3. Duh arisan bodong itu menjamur banget dari mulai era mamaku dulu, dan sampai sekarang masih aja ada dong, kesel banget kalau baca berita yang uang peserta arisannya dibawa kabur. Pas lapor polisi ehh uangnya udah habis, cuma bisa dipenjara tapi uang kita gak balik hikss..

    BalasHapus
  4. Kenapa bisnis scam penipuan masih terus menjebak korban entah di metode yang sama atau sudah berganti metode? Benar juga. Karena keserakahan. Banyak orang yang ingin mendapatkan hasil yang instan tanpa mau repot-repot berusaha keras.

    BalasHapus


  5. Wah Mas Adi, artikelnya ini relate banget sama keresahan warga +62! 😩
    Sekarang tuh scam makin pintar nyamar—kadang bahasanya islami, logonya keren, testinya bejibun, eh ujungnya ghosting modal orang!

    Paling ngeri tuh kalau yang kena justru orang tua kita atau temen yang lagi butuh cuan cepat. Jadi reminder banget buat selalu waras finansial dan nggak buru-buru tergiur cuan instan

    Thanks ya udah nulis ini, semoga makin banyak yang melek dan nggak jadi korban!

    BalasHapus
  6. Jadi ingat kasus yang belum lama ini terjadi, di Pemalang yang pasutri dibunuh oleh dukun pengganda uang...Duh hari gini lho masih percaya sama begituan. Kalau mampu menggandakan uang harusnya si dukun sudah kaya rayaaaa kan.
    Memang perlu waspada, Untuk menghindarinya, kita perlu berhenti dulu sebelum bertindak, periksa keaslian informasi dan identitas pelaku, dan jaga informasi pribadi dengan ketat.

    BalasHapus
  7. ARISAN BODONG tuh masih ada sampe sekarang loh Mas Adi. Si Mbak yang kerja di rumah ku sekarang tuh pernah jadi korbannya. Sekitar 3 bulan gabung beberapa tahun yang lalu, beneran itu duitnya jadi lebih banyak. Biasalah seperti judol. Dikasih menang dulu. Pas masuk bulan ke-4 mulailah bermasalah. Semua dibuat dramatis, seolah-olah si kasirnya tertipu. Jadi anggota merasa kasihan. Padahal itu strategi dia. Sampe sekarang uangnya, 30juta, gak kembali. Padahal itu juga uang hasil minjem ke saudaranya. Kacau betul dah.

    BalasHapus
  8. Anehnya banyak lulusan perguruan tinggi juga terjebak
    salah satunya temanku yang mengajak untuk ikut juga
    kasihan sebetulnya, tapi apa daya, udah dijelasin panjang lebar bahwa itu cuma money game yang bikin dompet bolong, dia keukeuh ikut

    BalasHapus
  9. Begitu memprihatinkan ya Korbannya bukan hanya kehilangan uang, tapi juga kepercayaan terhadap bisnis digital secara umum. Akibatnya, peluang yang benar-benar sehat ikut tercoreng kasian kaan

    BalasHapus
  10. Penipu zaman now apalagi yang online2 itu emang makin kreatif aja yaaa. Untungnya warga juga mulai menyadari bagaimana pergerakan penipuan ini bekerja sehingga bisa tahu macam2 modusnya. Cuma emang kadang kasian sama mereka yang gaptek dan mudah ditipu, misal lansia2 gitu, jadi sasaran empuk deh seringnya.Apalagi soal penggandaan uang tu, aman sekarang disaat ekonomi serba sulit siapa yang gak tergiur yekan. Makanya sebabnya tugas para anak muda yang melek digital wajib banget mengedukasi masyarakat.

    BalasHapus
  11. Emang ya, scam model beginian nggak ada matinya. Dari arisan bodong, robot trading, sampai penggandaan uang, ya formula klasiknya menurutku sama aja. Janji manis, endingnya pahit. Kadang heran juga, udah banyak korban, masih aja ada yang percaya. Padahal logikanya simpel, kalau emang bisa gandain uang, ngapain mereka repot-repot nyari korban? 😂

    BalasHapus
  12. Kalau pelaku, aku rasa karena uang yang didapatkan gak berkah yaa..
    Jadi mereka kaya-pun, pasti adaa aja "kewalahan"nya.
    Seperti kisah dari Ustadz Mantan Bandar Judi yang Tobat, Koh Dennis Lim.

    memang uang mah banyaakk.. tapi suka adaa aja yang "memaksa" beliau untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagii.. jadi ujung-ujungnya bukannya untung, malah tekor.

    Ya bgitulaah dunia yaa..
    Dikejar, tiada habisnyaa..

    BalasHapus