Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sebuah Esai Pendidikan : Berbagai Permasalahan Dalam Dunia Pendidikan Indonesia

Pembelajaran Abad 21 adalah sebuah konsep pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk bisa tetap eksis di tengah era Revolusi Industri ke-4 ini.

Mengapa Pembelajaran Abad 21 atau 21st Century Learning sangat penting? Silahkan melihat fakta berikut ini :
  • 6 dari 10 orang di dunia sudah terhubung dengan internet.
  • 55% penduduk bumi akan tinggal di kota, bukan lagi desa.
  • Perebutan SDA akan kian sengit.
  • Manusia akan berkompetisi dengan robot dalam memperebutkan lapangan kerja.
  • Akan muncul banyak penemuan canggih di bidang sains, IPTEK dan industri.
  • Perdagangan online akan mengalahkan perdagangan konvensional.
  • Pasar bebas dan globalisasi secara alami akan meruntuhkan batas negara.
Melihat fakta tersebut dan sederetan lainnya yang bisa Anda tambahkan, maka sangat penting membekali generasi muda dengan pendidikan yang tepat guna tetap bisa bersaing di masa kini.

4C Sebagai Pilar Pembelajaran Abad 21


pembelajaran abad 21 | catatanadi.com
(21st Century Learning)

Sebagai pedoman pelaksanaan 21st Century Learning, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sudah membuat acuan yang jelas dan cukup visioner.

Kemendikbud sudah merumuskan 4C sebagai pilar utama dalam pelaksanaan pembelajaran di tanah air, yaitu : Critical Thinking, Communication, Collaboration dan Creativity.

Dikutip dari Zac Leonard, 4C tersebut masing-masing merupakan skill yang paling dibutuhkan oleh generasi muda di abad ini. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

Critical Thinking

Melihat suatu permasalahan dengan cara yang kritis dan mampu menggabungkan semua pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelesaikan masalah itu.

Communication

Kemampuan untuk saling berbagi pemikiran, ide dan solusi dengan orang lain. Banyak orang belum benar-benar memahami pentingnya skill ini untuk menunjang karir maupun karakter.

Collaboration

Kemampuan untuk bekerja sama secara utuh dalam meraih tujuan bersama. Memberikan kontribusi, talenta dan kemampuan dalam sebuah team work yang dinamis.

Creativity

Mencoba dan menemukan berbagai cara baru untuk menyelesaikan suatu masalah. Kreativitas sama berharganya dengan inovasi dan penciptaan hal baru.

Sudahkah keempat pilar atau skill tersebut diberikan secara utuh dan komprehensif kepada peserta didik? Kemana muara dari proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia? Bagaimana kesiapan dunia pendidikan kita dalam menghadapi era Revolusi Industri ke-4?

Tantangan bagi Dunia Pendidikan Indonesia

Potret Siswa Indonesia | catatanadi.com
Potret Siswa Indonesia

Sayang sekali menurut hemat kami, ada banyak hal yang harus diperbaiki dari sistem pendidikan termasuk sumber daya manusia Indonesia. Beberapa hal berikut ini merupakan tantangan yang mau tidak mau harus diakui masih menjadi tantangan Bangsa Indonesia.

1. Mengajarkan Multikulturalisme dan Toleransi

Salah satu penghalang bagi tercapainya keempat skill pembelajaran abad 21 adalah gagalnya sekolah mengajarkan semangat keberasamaan, multikulturalisme dan toleransi.

Bagaimana mungkin berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas dan komunikasi tercapai jika siswa terjerumus dalam pemikiran sempit yang membeda-bedakan sesamanya karena perbedaan ras, suku, agama ataupun latar belakang.

Dunia sudah semakin mengecil. Semua batas negara serasa tidak sesakral dulu. Sudah selayaknya kita merayakan abad 21 dengan melahirkan generasi yang toleran, mau bekerja sama dengan siapa saja dan berpikiran terbuka.

Seperti yang sudah kita ketahui, pemikiran terbuka dan kemauan untuk bekerja sama adalah dua kunci utama mengapa masyarakat negara maju bisa menikmati hidup yang berkualitas di negara yang menghargai demokrasi dan perbedaan. Bahkan bisa menyedot banyak orang dari negara lain untuk rela antri menetap di sana.

2. Pemerataan Kualitas Pendidikan

Indonesia yang terdiri dari 34 propinsi, ribuan pulau dan ratusan juta penduduk merupakan sebuah negeri yang indah namun menyimpan banyak potensi masalah. Salah satunya tentu saja perihal pemerataan kualitas pendidikan.

Di beberapa kota seperti Surabaya, Jakarta atau Bandung banyak sekali lembaga pendidikan berkualitas mulai dari level KB hingga Universitas. Tetapi di banyak tempat lain sekolah-sekolah yang ada kondisinya sungguh memprihatinkan.

Lantas bagaimana memastikan sekolah dengan sarana yang jauh dari kata mumpuni dan kualitas yang menyedihkan tersebut bisa memberikan pembelajaran sesuai tuntutan abad 21? Inilah masalah klasik yang harus segera diatasi.

3. Sinergi Dunia Usaha dan Pendidikan

Hal ini terkait dengan fakta bahwa ada banyak sekali pengangguran di Indonesia, termasuk dalam bagian dari angka tersebut adalah mereka yang ternyata bertitel sarjana.

Sebuah hal yang cukup jenaka ketika kita melakukan sinergi dengan dunia pendidikan agar lulusan segera mendapat kerja, justru dianggap sebagai upaya menjadikan generasi muda sebagai barisan bermental buruh yang melayani para pemodal.

Lalu apa solusi konkrit yang diberikan oleh para pengkritik kebijakan tersebut? Justru memang harus ada sinergi antara dunia usaha dengan sistem pendidikan sehingga lulusannya benar-benar bisa terserap dengan baik sebagai angkatan kerja, bukan pengangguran.

4. Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik

Sebuah perenungan bagi seluruh warga bangsa ketika pengamat pendidikan Indra Charismiadji melontarkan kritik bahwa 2,9 juta guru di Indonesia tidak bisa mengajar dengan baik.

Refleksi tersebut tidak perlu dilawan secar reaksioner, namun mari jadikan cerminan diri. Andaikan demikian adanya, lantas apa yang harus dilakukan? Sudah benarkah segala program peningkatan kualitas guru melalui pemberian Tunjangan Sertifikasi, Beasiswa S2 dan S3 hingga bantuan lainnya?

5. Proteksi SDA

Ekologi nampaknya masih bukan merupakan mata pelajaran yang dibutuhkan atau setidaknya diinginkan untuk menjadi fokus utama di Indonesia.

Padahal Ekologi sangat penting dan mampu menolong masyarakat melihat seberapa dekat kita dengan bencana seperti kelaparan, kekeringan, tanah longsor atau punahnya berbagai satwa akibat keteledoran kita mengelola alam.

Sistem pendidikan Indonesia harus memberikan porsi lebih pada fakta bahwa SDA kita semakin menipis, lalu memberikan tantangan bagi siswa untuk bertindak. Setidaknya menyadarinya.

Berbagai ramalan para ahli, termasuk Prof Anita Lee tentang ancaman perebutan SDA di masa depan akan benar-benar terjadi dan kita akan menanggung kerugian jika pendidikan nasional masih juga memandang sebelah mata terhadap hal ini.

6. Semangat Entrepreneurship

Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi PNS ataupun anggota TNI/Polri merupakan cita-cita utama bagi generasi muda. Kemapanan finansial dan berbagai tunjangan menjadi stimulusnya. Tentu saja tantangan dan tugasnyapun berat.

Tetapi kecenderungan tersebut adalah sebagai sinyal bahwa masyarakat belum sepenuhnya siap menjadi petarung, menjadi seorang wirausahawan.

Belum ada sosok sekaliber Elon Musk, Jack Ma ataupun Mark Zuckerberg yang lahir dari Indonesia. Mereka adalah jenius yang berani ambil jalan wiraswasta. Menggabungkan kecerdasan dan kejelian bisnis.

Di sinilah pendidikan Indonesia harus berkaca. Harusnya embel-embel sekolah entrepreneurship bukan lagi semacam label tahunan, melainkan sebuah kesungguhan yang bisa diukur, dievaluasi serta dibuktikan pada masyarakat luas.

7. Stabilitas Politik dan Birokrasi Bersih

Ganti Mentri Pendidikan, ganti kurikulum. Jangan salahkan adegium itu, karena di lapangan hal tersebutlah yang terjadi. Insan pendidikan dan aktivitis edukasi Indonesia pasti merasakannya. Rasa-rasanya tidak ada program berkelanjutan yang tergaransi untuk tetap dilanjutkan walau setelah even Pemilu dan Pilpres.

Disinilah tantangan terbesar dan paling utama. Stabilitas politik ternyata sangat berpengaruh bagi tatanan birokrasi dan jalannya program-program yang sudah direncanakan.

Transparansi anggaran, kejelasan cara menjadi PNS yakni hanya dengan tes, dan penegakan disiplin bagi pegawai negeri bidang pendidikan yang melanggar harus dilakukan.

Hanya dengan program yang jelas, rencana yang baku, dan birokrasi yang profesional maka visi untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi era persaingan abad 21 bisa terealisasikan.

Kesimpulan : Ayo Segera Berbenah

(Ilustrasi Siswa berprestasi)

Mari singsingkan lengan baju. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu pendidikan Indonesia menghadapi dan mengatasi semua tantangan di atas. Memberikan semua beban ini di pundak pemerintah bukanlah hal yang bijak.
Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Sebuah Esai Pendidikan : Berbagai Permasalahan Dalam Dunia Pendidikan Indonesia"