Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Perumpamaan tentang Anak yang Hilang

Salah satu parabel yang paling populer dalam Alkitab adalah perumpamaan tentang anak yang hilang yang disampaikan oleh Yesus sebagai media pengajaran untuk pengikutnya. Meski sudah berumur dua ribu tahun, namun inti dari perumpamaan itu tetap relevan di masa sekarang ini.

Sekilas memang perumpamaan ini tidak terlalu sulit sehingga banyak orang merasa hanya membacanya sekilas sudah mampu mencerna maknanya. Benarkah demikian?

Perlu diketahui bahwa Allah memiliki sisi yang tidak bisa dijangkau oleh alam pikiran ciptaannya, yakni manusia. Ini membuat upaya untuk menyelidiki kemauan dari Allah, khususnya melalui pengajaran Yesus di Alkitab menjadi hal yang sangat mengasyikkan.

Meski demikian harus disadari juga jika tidak hati-hati, maka upaya penyelidikan atas firman Tuhan juga bisa menjatuhkan manusia ke dalam kondisi kesombongan termasuk juga justru menjauhkan mereka dari makna itu sendiri.

Lukas 15 : 11-32

perumpamaan anak yang hilang
perumpamaan anak yang hilang

Perumpamaan mengenai anak yang hilang bisa dibaca dari kitab Lukas 15 : 11-32. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut (Alkitab Sabda

15:11 Yesus berkata lagi: Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 

15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 

15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 

15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 

15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.

15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 

15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 

15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa f  terhadap sorga dan terhadap bapa, 

15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 

15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 

15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 

15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 

15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, k  ia telah hilang 8  dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 

15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 

15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 

15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 

15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 

15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 

15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 

15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 

15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. 

Siapakah yang Dimaksud sebagai Ayah, Anak Sulung dan Anak Bungsu?

Dalam perumpamaan tersebut terdapat tiga karakter utama, yakni sang Ayah, si sulung dan si bungsu. Mungkin semua orang Kristen dapat dengan mudah menebak siapa yang dimaksud sebagai masing-masing karakter tersebut.

Ayah merepresentasikan sebagai Allah Bapa yang penuh kasih dan maha pengampun. Ia diibaratkan sebagai orang tua dari kedua anak tersebut, yakni si sulung dan si bungsu.

Si bungsu dan si sulung melambang dua jenis umat, yakni mereka yang pernah berkhianat terhadap Tuhan namun kemudian menyadarinya dan kembali ke jalan yang benar, serta mereka yang berperilaku saleh namun tidak bisa lepas dari iri dengki dan kebencian terhadap sesamanya.

Masing-masing karakter mengajarkan kepada umat tentang nilai-nilai yang sangat penting yang ada di dalam kehidupan yang fana ini, yaitu nilai pertobatan, pengampunan dan keadilan.

Tiga Nilai Penting dalam Perumpamaan Anak yang Hilang

Sejauh bisa dibaca di Lukas 15 : 11-32, Bapa Sorgawi yang direpresentasikan sebagai sang ayah adalah sosok sentral yang memiliki kekayaan yang luar biasa. Ia diceritakan punya banyak hewan ternak yang harus digembalakan serta orang-orang upahan yang bekerja untuknya.

Sejatinya baik si bungsu dan si sulung adalah pewaris dari kekayaan tersebut. Namun si bungsu bertindak kurang ajar dan menjadi seorang pengkhianat dengan meminta hak warisnya bahkan ketika sang ayah masih hidup.

Karakter si bungsu adalah seorang yang culas, egois, tidak bijak serta boros. Ia mendesak ayahnya untuk menyerahkan bagian kekayaan yang memang haknya. 

Dalam bagian ini juga kita melihat beberapa dosa manusia yang secara jelas disebutkan oleh Yesus, yakni adalah : 

  • Kekurang-ajaran, dimana si anak bungsu meminta warisan bahkan ketika ayahnya belum mati.
  • Perzinahan, dimana dirinya menghabiskan uang bersama para wanita nakal.
  • Pemborosan, dimana hidupnya diisi dengan foya-foya.
  • Gila harta, dimana yang dipikirkan adalah uang.
  • Tidak taat, yakni saat dirinya meninggalkan ayah dan saudaranya untuk menuju ke tempat yang jauh demi menyenangkan hasratnya semata.

Itulah dosa-dosa yang sering terlihat dalam kehidupan yang dilakukan oleh banyak orang. Semuanya itu sebenarnya mendatangkan kutuk dan kesialan, bahkan saat si pelaku dosa masih hidup. Dapat disaksikan kemudian si bungsu hidup dalam kemelaratan, kehinaan dan hati yang hancur karena rasa malunya.

Namun cerita tidak berakhir sampai di situ. Perumpamaan anak yang hilang tersebut berlanjut dengan si bungsu yang memasuki fase pertobatan. Ia memberanikan diri untuk kembali ke rumah dan merendahkan dirinya sambil memohon ampun. 

Perbuatan jahat akan melahirkan nestapa dan penderitaan, meski si pelaku akan bertobat ataupun tidak. Bisa kita lihat dalam kehidupan nyata, orang-orang yang suka menindas orang lain, tukang fitnah, koruptor, penipu dan mereka yang gemar kehidupan sesat akan merasakan pahitnya hidup setelah itu. 

Bisa saja karena sakit penyakit, melihat keluarganya meninggalkannya, masuk penjara atau mendapatkan balasan dari orang-orang yang pernah ia sakiti.

Inti dari bagian ini adalah : 

  • Jangan bermain-main dengan dosa karena itu akan mengakibatkan malapetaka, baik di dunia maupun akhirat.
  • Pertobatan adalah satu-satunya jalan untuk diterima kembali oleh Allah.

Yesus menerangkan bahwa buah dari pertobatan si anak bungsu sungguh indah. Ayahnya menyembelih lembu tambun dan mengadakan pesta, termasuk juga memberikannya harta kembali. 

Nilai kedua adalah tentang pengampunan. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada siapapun yang mencarinya, meski ia adalah orang berdosa. Tentu hanya Allah yang bisa melakukan ini, tidak ada manusia yang sanggup berperan seperti si Ayah dalam perumpamaan tersebut.

Pengampunan Allah adalah untuk semua orang, tidak terbatas kepada orang Yahudi atau Kristen saja. Semua orang yang pada akhirnya mengakui dosa-dosanya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pasti akan mendapatkan pengampunan.

Bahkan janji itu, termasuk juga janji tentang kehidupan kekal setelah kematian sudah tertulis indah dalam Yohanes 3 : 16. 

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 

Misi Yesus ke dunia juga adalah untuk menyelamatkan umat manusia, termasuk juga hadir bagi orang-orang berdosa yang seolah-olah hilang harapan, seperti yang tertulis dalam Lukas 5 : 32.

Aku datang bukan memanggil orang yang benar, melainkan orang berdosa supaya mereka bertobat.

Nilai ketiga adalah tentang keadilan. Banyak khotbah menyindir si anak sulung sebagai kaum saleh yang menjalankan perintah Tuhan tetapi gagal untuk menghayati nilai pengampunan serta merasa diri harus mengikuti firman Allah sebagai sebuah ketetapan yang kaku. Benarkah pendapat ini?

Harus diingat bahwa sejelek-jeleknya si sulung tetapi ia tidak mengkhianati ayahnya, termasuk juga jatuh ke dalam kesesatan. Ia hanya mempertanyakan keadilan yang juga dijawab dengan baik oleh si ayah.

Ayahnya memberikan penjelasan bahwa si sulung berhak atas harta ayahnya dan kehidupan yang baik. Ia hanya meminta agar si sulung turut bergembira karena seperti itulah ajaran yang benar, bersukicita ketika orang berdosa sudah berhasil kembali ke dalam kehidupan yang benar.

Nilai keadilan juga terlihat bahwa si sulung tidak diceritakan hidup sengsara dan mengalami kenistaan, melainkan bekerja dan tinggal terus bersama Bapa. Inilah upah bagi orang yang benar. 

Kemarahan si sulung adalah soal biasa dan itu sangat manusiawi, namun ayahnya berhasil turun tangan dan menyadarkannya. 

Baca juga buku apologetika Kristen tentang fenomena untuk Mendongkel Yesus dari TakhtahNya

Refleksi Perumpamaan tentang Anak yang Hilang

Upah dosa adalah maut, yakni hidup sengsara di dunia maupun dunia setelah mati. Jangan bermain-main dengan dosa dan menggampangkannya hanya karena Allah kita adalah sumber pengampunan yang tidak akan menolak siapapun yang datang kepadanya. 

Mengapa demikian? Jelas karena belum tentu kita memiliki waktu untuk bertobat. Bisa saja ketika hidup dalam dosa dan belum sempat bertobat, waktu kita sudah habis. Maka yang ada hanyalah penyesalan belaka alih-alih hidup kekal bahagia bersama Yesus. 

Selanjutnya adalah kita harus menyadari bahwa manusia tidak punya kasih seperti Allah. Jika kita menyakiti Allah dan bertobat, Ia akan mengampuni kita. Namun manusia dengan segala keterbatasannya tidak memiliki hal itu. Meski tentu saja sebagai orang Kristen kita wajib terus meneladani Yesus yang penuh kasih.

Perumpamaan ini dibuat untuk menjelaskan bagaimana : 

  • Allah adalah sumber pengampunan.
  • Pertobatan adalah jalan untuk kembali ke pelukan Bapa.
  • Dalam melakukan pertobatan harus dilandasi dengan kesadaran penuh akan dosa yang sudah dilakukan, mengakuinya, memohon maaf dan ampun dengan tulus.
  • Dosa akan mendatangkan malapetaka.


Untuk menghindarkan diri dari dosa, maka setiap manusia memerlukan kekuatan dari Roh Kudus sebagai aspek dari Allah Tritunggal yang senantiasa memberikan bimbingan kepada manusia dala menjalani kehidupannya. 

Itulah pembahasan mengenai perumpamaan anak yang hilang. Baca juga pembahasan ayat Alkitab lainnya, seperti penjelasan tentang Kejadian 1:3. Tuhan memberkati kita semua. 

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Perumpamaan tentang Anak yang Hilang"