Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengapa Banyak Orang Menganggap Kripto Itu Scam?

Beberapa tahun terakhir, kata "kripto" semakin sering muncul di media, grup WhatsApp keluarga, bahkan di obrolan warung kopi. Ada yang menyebutnya masa depan uang, ada pula yang sinis sambil bilang, "Ah, itu mah penipuan." Pertanyaannya, mengapa banyak orang menganggap kripto itu scam? Artikel ini mencoba mengurai fenomena tersebut dengan gaya santai ala catatan pribadi, sambil tetap memberi ruang refleksi.

1. Awal Mula Persepsi: Cerita Buruk yang Lebih Dulu Terdengar

Coba ingat kembali, kapan pertama kali kamu mendengar tentang Bitcoin atau kripto? Banyak orang Indonesia mengenalnya bukan lewat berita teknologi atau diskusi akademis, melainkan dari kisah-kisah investasi bodong. Ada yang ditawari paket “investasi Bitcoin” dengan janji cuan besar tanpa risiko. Ada pula yang tergiur skema MLM berkedok kripto. Sayangnya, sebagian besar berakhir zonk.

Ketika pengalaman pertama orang terhadap kripto datang dari cerita buruk semacam ini, wajar jika kesan yang melekat adalah: kripto = penipuan. Padahal, yang menipu bukanlah teknologinya, melainkan oknum yang memanfaatkannya.

2. Harga yang Naik-Turun Gila-Gilaan

Selain dari cerita scam, faktor lain adalah harga kripto yang benar-benar ekstrem. Bayangkan, harga Bitcoin bisa naik ratusan persen dalam setahun, lalu jatuh puluhan persen hanya dalam hitungan hari. Bagi orang awam, ini terasa seperti judi atau kasino. Mereka melihatnya bukan sebagai aset teknologi, melainkan mesin undian digital.

Misalnya, ada cerita klasik: seseorang beli koin saat harga sedang tinggi karena tergiur cerita sukses temannya. Eh, baru sebulan, harga anjlok, modalnya hilang separuh. Dari situ lahirlah narasi, "Kripto bikin bangkrut, itu penipuan." Padahal, volatilitas adalah bagian dari dinamika pasar yang belum matang, bukan bukti bahwa seluruh sistemnya scam.

3. Banyaknya Oknum & Skema Ponzi

Kalau soal ini, memang tidak bisa dipungkiri. Dunia kripto sering jadi lahan empuk bagi penipu. Ada banyak proyek token abal-abal, dijanjikan bakal jadi “the next Bitcoin,” padahal ujung-ujungnya rug pull — developer kabur, investor gigit jari. Ditambah lagi maraknya MLM kripto yang terang-terangan menjual janji kaya mendadak.

Fenomena ini membuat masyarakat sulit membedakan mana proyek serius yang benar-benar berbasis teknologi blockchain, dan mana yang sekadar kedok untuk menguras uang. Karena kasus scam lebih banyak terekspos, reputasi kripto pun ikut tercoreng.

4. Literasi Digital yang Masih Rendah

Salah satu hal unik (dan membingungkan) dalam kripto adalah konsep self-custody: pengguna harus menyimpan kunci privatnya sendiri. Kalau lupa password email, kita masih bisa reset. Kalau lupa kunci privat dompet kripto? Ya, uangmu hilang selamanya.

Banyak orang awam yang tidak terbiasa dengan tanggung jawab sebesar ini. Ada yang salah kirim alamat wallet, ada yang kena phising karena tidak paham keamanan digital. Akhirnya, begitu kehilangan aset, mereka menyimpulkan: "Kripto itu penipuan." Padahal masalahnya adalah kurangnya literasi digital.

5. Regulasi yang Masih Abu-Abu

Di banyak negara, termasuk Indonesia, regulasi kripto masih terus berkembang. Di Indonesia sendiri, Bappebti mengatur perdagangan aset kripto sebagai komoditas, bukan mata uang. Artinya, kripto boleh diperdagangkan, tapi tidak sah untuk transaksi sehari-hari.

Ketidakjelasan ini membuat banyak orang merasa kripto “tidak resmi,” sehingga mudah dicap penipuan. Bandingkan dengan bank yang jelas diawasi OJK atau BI. Tanpa payung hukum yang jelas, kripto dianggap liar, meskipun secara perlahan regulasi mulai dibangun.

6. Media & Narasi Cepat Kaya

Media mainstream juga punya andil besar. Sering kali berita tentang kripto ditulis dengan judul bombastis: "Remaja Jadi Miliarder Gara-Gara Bitcoin," atau "Trader Kripto Raup Ratusan Juta Semalam." Narasi seperti ini menciptakan harapan palsu. Orang awam masuk ke kripto dengan mindset ingin kaya mendadak, bukan ingin belajar teknologinya.

Begitu kenyataan tidak seindah ekspektasi, kekecewaan pun lahir. Mereka merasa ditipu, padahal yang salah adalah ekspektasi yang tidak realistis.

Jadi, Benarkah Kripto Itu Scam?

Jawaban singkatnya: tidak. Kripto sendiri hanyalah sebuah teknologi berbasis blockchain yang menawarkan cara baru untuk mencatat transaksi tanpa pihak ketiga. Sama seperti internet di awal 2000-an, banyak orang juga dulu menganggap internet sarang penipuan, karena dipenuhi spam, situs bodong, dan hoaks. Namun kini, internet menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup sehari-hari.

Yang sering terjadi adalah manusia yang salah memanfaatkan kripto untuk tujuan menipu. Teknologinya netral, tapi perilaku manusianya tidak selalu begitu.

Refleksi: Belajar Bersikap Sehat Terhadap Kripto

Bagi penulis, melihat kripto ibarat melihat pisau. Pisau bisa dipakai untuk masak, bisa juga untuk melukai. Apakah kita akan langsung menyebut pisau sebagai “penipuan”? Tentu tidak. Hal yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan literasi, hati-hati dalam berinvestasi, dan tidak mudah tergiur janji manis.

Di sisi lain, penting juga bagi regulator untuk memperjelas aturan. Semakin jelas regulasi, semakin kecil ruang gerak para penipu yang berlindung di balik nama kripto. Dan tentu saja, media juga perlu lebih bijak dalam menyampaikan informasi.

Baca juga beberapa artikel lain seputar kripto dan investasi:

Intinya, Ketahui dan Cermati dengan Baik!

Mengapa banyak orang menganggap kripto itu scam? Jawabannya karena kombinasi berbagai faktor: cerita buruk yang mendahului reputasi baiknya, harga yang naik-turun ekstrem, banyaknya oknum, rendahnya literasi, aturan yang belum jelas, serta narasi cepat kaya yang menyesatkan.

Namun kalau kita mau melihat lebih dalam, kripto bukanlah sekadar penipuan atau judi. Ia adalah teknologi baru yang masih mencari bentuknya. Bisa jadi sekarang banyak sisi gelapnya, tapi siapa tahu sepuluh tahun lagi, kripto justru menjadi bagian biasa dari hidup kita, sebagaimana internet dulu.

Jadi, sebelum buru-buru mencapnya sebagai scam, mungkin lebih bijak jika kita bertanya: apakah benar kriptonya yang bermasalah, atau manusianya yang belum siap menghadapinya?

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

2 komentar untuk " Mengapa Banyak Orang Menganggap Kripto Itu Scam?"

  1. bener, banyak oknum yang menyalahgunakan jadinya untrusted :(

    BalasHapus
  2. Harganya yang naik turun dengan drastis ini yang bikin ngeri. Apalagi pas ambruknya Tera Luna pada 2023, katanya ada yang investasi 1 miliar hasil duit warisan, ngarep jadi 100 miliar eh langsung jadi 1 juta doang.

    BalasHapus