Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Natal Merayakan Apa? [Seputar Polemik dan Sejarah Hari Kelahiran Yesus Kristus]

Sejarah hari Natal memang selalu menjadi perdebatan yang seru sepanjang masa. Ada yang menganggapnya semata sebagai Hari Raya umat Kristen, tetapi banyak yang mengatakan upaya untuk melestarikan agama pagan Romawi dan merayakan kehebatan Dewa Jupiter, Dewa Matahari, Mithras, atau apapun itu. 

Tidak perlu marah apalagi memaksakan pemahaman agama kita kepada orang-orang karena hal itu sebenarnya tidak elok sekaligus tidak berguna. 

Natal adalah hari raya umat Kristen dan Katolik.  Banyak yang menganggap agama Kristen atau Kresten adalah agama barat, agama orang londo. Ini salah besar! Memang benar jika mayoritas orang Eropa dan Amerika (atau secara umum disebut barat) beragama Kristen, tapi Kristianisme sendiri lahir di Israel atau Palestina, tergantung kepada mana anda memihak.

Yesus Kristus, yang adalah Tuhan itu sendiri bagi umat Kristen, terlahir sebagai manusia sempurna (dalam arti benar-benar manusia, makan-minum layaknya saya dan anda) di Betlehem. Kotanya masih ada hingga sekarang, tidak seperti Atlantis yang 'katanya' ada tapi nyatanya tidak. Sedang Bethelem di tanah Israel (atau Palestina, tergantung anda condong kemana) benar-benar ada, baik secara fisik maupun legal-formal. Jadi Natal merayakan hari kelahiran Isa Almasih, putera Allah. 

Dengan demikian, maka bisa disebutkan, Kristen bukan agama barat! Kecuali anda menganggap Israel (atau Palestina, tahu kan alasannya, oke) adalah negara barat. Justru yang benar, Kristen itu agama timur.

Jadi bagaimana sebenarnya sejarah Natal? Apakah Natal itu merayakan kelahiran dewa matahari dari Romawi?

Tentus saja tidak! Natal tidak ada hubungannya dengan perayaan agama Romawi. Hal ini sudah sangat jelas, bahkan dalam salah satu videonya, Bambang Nursena, salah satu tokoh Kristen terkemuda dan ahli kebudayaan Timur Tengah menyatakan sangat tidak mungkin umat Kristen yang rela dibunuh karena tidak ingin menyembah dewa Romawi malah mencampurkan kekristenan dengan budaya pagan.


natal merayakan apa?
Seputar Kontroversi Sejarah Natal

Yesus Kristus benar-benar pernah ada di dunia ini, sama seperti saya dan anda pernah ada. Dia layaknya Michael Jackson sang legenda pop dunia yang pernah mewarnai jagad hiburan planet Bumi. Bedanya, walau sudah tidak lagi di dunia, Yesus tetap dipuja jauh melebihi MJ. Jadi Yesus bukan dongeng, mitos apalagi hasil rekayasa autokrastos manusia (apa lagi ini?). Yesus itu nyata, senyata anda, saya, atau istri/ suami anda.

Natal memang penuh kontroversi, dan justru karena itu selalu terlihat seksi. Mulai dari awal muasalnya, budayanya, hingga mau ngucapin atau engga, Natal penuh dengan perdebatan. Tapi semua tergantung anda, mau ngopi plus makan sup kacang merah sinambi nonton Home Alone atau bersitegang adu urat dalam menyikapi Natal.

Intinya Natal tetap akan ada. Dia akan hadir, lagi dan lagi. Seberapa cinta ataupun bencinya anda. Lha wong Natal yang nunggu juga bukan cuma orang Kresten. Kecuali tanggal 25 warnanya hitam, mungkin Natal baru berkurang daya tariknya.

Ngomongin Natal, pasti harus ngomongin Yesus. Karena sejatinya Natal itu ya merayakan ulang tahunnya Yesus. Kenapa Yesus bisa ulang tahun? Karena manusia bernama Yesus itu memang benar-benar pernah lahir, walau tanpa bidan. Lha wong tanpa bidan aja yang nyambut tidak maen-maen. Para malaikat, vroh!

Lalu siapakah Yesus, mengapa HUTnya dijadikan hari libur internasional? Ini nyerempet politik. Karena umat Kresten pernah dan masih menjadi umat terbesar di permukaan bumi. Plus, negara-negara barat sana, yang punya kepentingan di seluruh dunia juga merayakan Natal, walau alih-alih merefleksikan karya penyelamatan dunia melalui kelahiran Yesus, tetapi justru sebagai hari kumpul keluarga.

Lalu jika Yesus yang ulang tahun, kenapa kita menuntut orang mengucapkan selamat pada kita? Ya jelas kurang tepat bin kelintu jika kita menuntut orang harus mengucapkan "selamat Natal ya mas, semoga damai di bumi damai di hati". Justru kita yang dosa-dosanya sudah ditebus Yesus Al-Masih yang harus mengucapkan selamat dan terimakasih kepada Beliau.

Jadi, kalau ada teman anda konco plek mbolos bareng mendhem bareng tapi pas tanggal 24-25 Desember malah ngilang, mlengos atau ujug-ujug nyiwak anda, yo wes ben to. Biarin. Mungkin orangnya lagi sakit gigi. Atau banyak hutang. Atau PMS.

Janganlah perkara ucap-mengucapkan salam/selamat Natal membuat kekancan kita bubrah. Ngalah itu pertanda kita masih waras, plus berintelektual tinggi. Tapi kalau ada temen bukan konco plek ngucapno selamat Natal, wajib hukumnya anda balas dengan senyum tulus, minimal ngasih permen atau ntraktir kopi sachetan.

Bayangkan, orang-orang seperti itu ruar biyasah loh. Mereka bener-bener sosok yang mengajarkan kita pentingnya arti Bhineka Tunggal Ika dalam arti yang sebenar-benarnya, tanpa kertas, teori apalagi dalil yang muluk-muluk sampek bikin ludah mumpluk.

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Kadang angin bertiup dari barat, kadang pula dari selatan. Apapun itu, jangan biarkan hati jadi sedih. Masalah pasti datang, tapi bahagia itu pilihan.

Masak Natal kok sedih. Ayo ngopi, jangan lupa bahagia. Download film Disney lawas sambil nostalgia masa SD ketika semua teman bareng-bareng pake topi merah khas musim dingin tanpa takut dikata terkontaminasi budaya kafirun.

Ditambah lagi, ini hari bahagia. Cuma datang setahun sekali, kecuali selain Kristen, anda juga penganut Ortodox yang Natalnya kalo ga salah malah lebih awal sekitar Maret. Tapi Natal bukan cuma tanggal, namun makna. Bayangin Yesus ngambek terus ga jadi lahir, gegara tahu tempat lahirnya hancur luluh kena perang akibat konflik Israel-Palestina. Bisa kacau rencana agung yang sudah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama.

Tapi untungnya Yesus bukan tipe orang ngambekan. Mungkin zodiaknya Pisces, jadi enggak ngambekan kaya kamu. Walau banyak orang ngelarang ngucapin Natal. Nah, jadi kamu juga ga boleh ngambek ya. Yuk cepet mandi, terus pake minyak wangi, sisiran pake Gatsby setelah itu senyum. Nah ganteng to. Selamat Natal, damai di bumi damai di hati.

Jadi sudah jelas bahwa memang Natal selalu membawa kontroversi. Lalu bagaimana kita menyikapi Natal? Memaksa warga non-Kristen untuk mengucapkan Marry Christmas alias selamat Natal?

Di barat, ucapan Selamat Natal juga mulai dikritik, khususnya oleh para penganut ateis. Mereka lebih suka menyebut Selamat Berlibur atau happy holiday. Aneh, khan? Enggak juga.

Tidak perlu. Jika mereka menganggap mengucapkan selamat Natal itu haram, ya sudah. Hal itu tidak semestinya membuat kita menjadi sedih terlebih membenci sesama kita. Masih banyak hal yang perlu dipikirkan daripada polemik mengenai hal itu.

Mari kembali kepada makna Natal sebenarnya, yakni bersukacita menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang sudah lahir dan mati bagi seluruh umat manusia. 

Btw Yesus zodiaknya pisces bukan sich? Demikianlah sesi omong-omong kita kali ini tentang Natal. Semoga bisa menambah wawasan dan membuat pandangan dunia Anda menjadi lebih terarah pada kebenaran. Jadi merayakan apa?

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Natal Merayakan Apa? [Seputar Polemik dan Sejarah Hari Kelahiran Yesus Kristus]"