Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cula, Kutukan Para Badak

Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus Desmarest) adalah salah satu spesies badak dengan populasi yang sangat kritis. Bagaimana tidak, saat ini tercatat hanya ada 70an ekor saja yang tersisa.

Mamalia tambun berkaki empat ini pun berada dalam jurang kepunahan. Sungguh mengenaskan. 

Badak : Bergerak Menuju Punah

Pemburu Cula
Badak Dibunuh Demi Mendapatkan Cula



 

Habitat Badak Semakin Sempit

Pada zaman dulu, badak sangat mudah ditemui, mulai dari hutan-hutan yang terbentang dari Asia Tenggara hingga padang rumput Sahara di Benua Afrika. Tetapi kini populasi badak benar-benar mengkhawatirkan. 

Badak semakin terdesak
Badak Semakin Terdesak

Jika tidak ada tindakan nyata dan efektif, maka bukan tidak mungkin nasib mamalia pendiam ini akan menyusul dua hewan lainnya yang telah lebih dulu punah, harimau Bali dan macan Jawa. 

Saat ini ada lima spesies badak yang tersebar di beberapa tempat di Asia dan Afrika. Dua benua ini memang dikenal sebagai tanah air bagi para badak. Kelima spesies itu adalah: badak Jawa, badak Sumatera, badak bercula satu, badak hitam serta badak putih.

Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus Desmarest) adalah salah satu spesies badak dengan populasi yang sangat kritis. Bagaimana tidak, saat ini tercatat hanya ada 70an ekor saja yang tersisa. Badak-badak itu kini dalam perlindungan dan perawatan di suaka margasatwa di Ujung Kulon, Jawa Barat. 

Hal ini sungguh tragis. Padahal dulu badak Jawa ini pernah memiliki wilayah jelajah yang sangat luas, yang terbentang dari Jawa Timur hingga Indocina (nama yang biasa digunakan untuk menyebut wilayah yang kini masuk teritorial negara Laos, Myanmar,Kamboja, Thailand dan Vietnam).

Banyak pihak merasa prihatin dan terpanggil. Salah satu diantaranya adalah perusahaan bernama PT Sinde Budi Santosa. Perusahaan swasta yang dikenal sebagai produsen larutan penyegar ini mendonasikan sebagian dari keuntungan penjualan produk mereka untuk upaya pelestarian badak Jawa yang masih tersisa. Langkah dari produsen larutan penyegar yang memakai badak sebagai logo produk mereka ini memang pantas dicontoh.

Spesies badak lain yang ada di Indonesia adalah badak Sumatera (Rhinoceros sumatrensis). Akibat perburuan yang gila-gilaan, badak yang berhabitat di Indonesia dan Malaysia itu kini hanya tersisa 200an ekor. Sama seperti badak Jawa, label kritis pun disematkan pada badak spesies ini.

Nasib lumayan dialami oleh saudara mereka badak bercula satu yang tinggal di Asia Selatan dan Anak Benua India. Akibat keseriusan pemerintah setempat dalam melindungi dan melesatarikan populasi badak bercula satu, kini perkembangan populasi badak jenis itu melonjak tajam. Di tahun 1990an, tercatat hanya ada 200-an ekor, tapi kini populasinya meningkat hingga menembus angka 2700 ekor lebih.

Berbeda dengan para badak di benua Asia, badak-badak Afrika memiliki populasi yang cukup banyak. Di benua ini, hidup dua jenis badak, yakni badak hitam dan badak putih. 

Badak hitam memiliki populasi sekitar 4800 ekor sementara badak putih berkembang dari 20 ekor di tahun 1885 menjadi 20.000 ekor di tahun 2011 lalu. Walau begitu, perburuan yang makin menjadi-jadi serta seringnya terjadi perang saudara membuat dunia khawatir akan kelangsungan hidup dari dua jenis badak tersebut.  

Badak : Dibantai Tanpa Kenal Lelah

Angka perburuan dua jenis badak Afrika ini terlihat makin parah setiap tahunnya. Negara Afrika Selatan mungkin bisa mewakili gambaran umum mengenai kondisi perburuan ilegal para badak ini. 

Di tahun 2007, tercatat 13 ekor badak tewas oleh tangan-tangan kejam para pemburu cula di negeri Nelson Mandela ini. Sedang di tahun 2008, jumlahnya bertambah menjadi 83 ekor. Jumlah kematian badak ini makin membengkak di tahun 2010 dengan angka mencapai 333 ekor. 

Setahun kemudian angka ini naik lagi menjadi 400 ekor lebih. Sungguh sangat menyedihkan.

Tapi konsumen terbesar cula badak adalah orang-orang Cina dan Vietnam. Sudah sejak lama cula badak masuk dalam daftar bahan baku obat-obatan tradisional di Cina dan Vietnam.

Mitos Terkutuk : Cula Pemberi Khasiat

Kematian badak karena dibunuh oleh para pemburu cula ini seperti layaknya sebuah cerita tragis dalam drama-drama kolosal. Sudah sejak lama manusia menaruh minat tinggi pada cula badak. Manusia purba pra-sejarah sering menggunakan cula sebagai senjata atau aksesori. 

Cula, Kutukan Para Badak
Ribuan Badak Dibunuh Demi Mendapat Cula

Di masa sebelum manusia mengenal uang, cula badak bersama gading gajah, kuku harimau dan kulit tiram berfungsi sebagai alat pembayaran. Walau begitu nenek moyang manusia belum mengenal senjata api, sehingga penderitaan badak tidak separah sekarang. 

Seiring dengan perkembangan waktu, cula badak juga digunakan sebagai bahan pembuat piala, topi dan kalung. Orang-orang Arab sering menggunakan cula badak sebagai gagang bagi pisau atau belati mereka. Perdagangan cula pun dimulai.

Baca Juga : Fungsi Ginjal Dan Cara Merawatnya

Tapi konsumen terbesar cula badak adalah orang-orang Cina dan Vietnam. Sudah sejak lama cula badak masuk dalam daftar bahan baku obat-obatan tradisional di Cina dan Vietnam. Bahkan kabarnya Ho Chi Minh, bapak pendiri negara Vietnam sangat menggemari cula badak. 

Ada yang berpendapat cula badak sangat mujarab sebagai obat untuk meningkatkan kemampuan seksual, meredakan demam hingga menyembuhkan kanker. Walaupun data ilmiah yang menunjang pendapat ini belum pernah dipublikasikan secara resmi, tapi masyarakat di Cina dan Vietnam tetap percaya dan terus mengonsumsi ramuan-ramuan berbahan baku cula ini.

Cula Setara Dengan Emas

Badak dijaga tentara
Badak Harus Dijaga 24 Jam

Lantas berapa harga cula badak di pasaran? Di pasar gelap, harga cula badak berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1.200.000 per gram. Sungguh tragis. Padahal untuk mendapatkan cula-cula tersebut, para pemburu seringkali harus menembak badak tepat di bagian kepala mereka, sehingga mengakibatkan sang badak tewas seketika. Bangkai-bangkai badak tanpa cula ini juga dibiarkan tergeletak begitu saja sampai akhirnya menjadi santapan burung pemakan bangkai.

Saatnya Tabuh Genderang Perang!

Jika ingin anak cucu kita mengenal badak tidak hanya dalam dongeng belaka, maka langkah konkrit dan bijak harus diperbuat.  Semua pihak harus bergandengan tangan dan bekerja secara bersama-sama. Terlambat berarti juga mempercepat kepunahan populasi badak ini.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain:

Membangun suaka margasatwa yang sesuai dengan habitat asli badak sehingga hewan ini bukannya menjadi stres lantas tak mau berkembang biak. Tapi, walau telah berada di suaka margasatwa, badak belum aman sepenuhnya. Para pemburu gelap ternyata masih sering memburu badak walau telah berada di tempat tersebut. Sering dari mereka ternyata juga dilengkapi senjata api yang terbilang canggih. mengingat hal itu maka meminta bantuan angkatan bersenjata untuk melindungi taman-taman nasional dan suaka margasatwa bukanlah hal yang berlebihan.

Baca Juga : 3 Langkah Kecil Selamatkan Bumi

Tangkap dan adili para cukong cula, yakni mereka yang berada di balik perdagangan gelap cula-cula badak tersebut. Para cukong inilah yang sebenarnya menggerakkan perburuan cula badak. Dengan modal uang, mereka mengiming-imingi para pemburu yang lantas menjual cula buruan mereka kepada para cukong ini. Oleh cukong-cukong ini, cula tersebut kemudian dijual lagi ke berbagai negara. Menangkap dan mengadili mereka berarti juga memberikan efek jera bagi yang lain. Sayangnya, banyak dari mereka yang dapat lolos dari jeratan hukum karena memiliki uang yang melimpah atau koneksi dengan pejabat tinggi. 

Jika terpaksa, intervensi PBB! Jika para cukong ini berhasil melenggang dari para penegak hukum yang mudah untuk disuap, maka Amerika Serikat sebagai sebuah negara superpower dan sering mengklaim diri sebagai polisi dunia ini harus berani melakukan langkah tegas. Semisal memprovokasi negara-negara besar lain yang menjadi sekutunya seperti Inggris, Jerman, Perancis, Australia dan lainnya agar mengembargo dan mengucilkan negara yang membebaskan begitu saja cukong-cukong itu.

Populasi badak makin kecil
Diburu Dan Menuju Punah

Stop dan boikot semua produk yang berbahan baku cula badak ilegal. Memang ada beberapa cula yang legal dan peredarannya dijamin hukum. Cula-cula ini biasanya berasal dari suaka margasatwa yang kelebihan stok badak atau sengaja memotong cula seekor badak agar tidak tewas di tangan para pemburu.

Membentuk sebuah komite khusus yang fokus mengurus dan memantau masalah ini. Komite ini haruslah berisi orang-orang yang kompeten dan berpengaruh. Bahkan jika perlu, beberapa pemimpin tinggi negara-negara ‘kuat’ dapat berperan serta dalam komite ini, sehingga keputusan yang diambil oleh komite ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perlindungan badak.

Baca Juga : Macam-macam cara hewan bergerak

Jikalau dunia masih ingin melihat badak dan masih ingin mendengar derap langkah-langkah kaki mamalia pemakan rumput yang pendiam ini, maka sekarang saatnya dunia bersatu. Sekarang juga!
Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Cula, Kutukan Para Badak"