Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sejarah Komune Paris

Komune Paris adalah sebuah entinitas politik yang eksis antara 28 Maret hingga 28 Mei 1871. Komune ini sering disebut sebagai contoh negara kelas pekerja yang meski hanya berdiri sebentar, tetapi tetap menjadi penting karena dianggap sebagai bukti bahwa pemerintahan mandiri tanpa kelas seperti yang dicita-citakan kaum sosialis, komunis maupun anarkis bisa diwujudkan.

Latar Belakang : Kekalahan Napoleon III atas Prusia 

Pada pertengahan September 1870, berkobar perang antara Prancis melawan Prussia. Perang ini disebabkan ego antara dua pemimpin kekaisaran, yakni Napoleon III dan Otto Von Bismark.

Setelah mengalahkan Austria-Hungaria, Prussia berencana mempersatukan semua wilayah yang dihuni rumpun bangsa Jerman menjadi sebuah kekaisaran. Prancis merasa terancam. Pecah perang. Seperti diduga, Napoleon III bukan tandingan Von Bismark. Negeri itu kalah telak.

Sebagai akibat dari kekalahan ini, maka Prussia mendenda Prancis dan menempatkan banyak pasukan pendudukan di wilayah musuhnya itu.

Adolph Thiers mengambil alih Prancis dan mendirikan Pemerintahan Sementara. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan urusan yang tertunda dengan Prussia dan menyelamatkan negara dari kekacauan.
Sementara itu, di Paris masih tersisa puluhan ribu milisi bersenjata dan para prajurit Garda Nasional. Mereka telah lelah berperang namun juga tidak setuju menyerahkan tanah air kepada orang asing.

Sadar akan adanya kekosongan pemerintahan, Thiers segera bertindak cepat. Ia memerintahkan para menteri mundur ke Versailles dan melucuti para tentara dan milisi.

Namun ternyata semua itu tidak semudah yang dipikirkan. Rakyat Paris yang didominasi kaum buruh langsung berinisatif mengambil roda pemerintahan kota mereka.

Kaum pekerja ini umumnya dimotori oleh para aktivisi revolusioner kiri dari golongan komunis dan pendukung Louis Auguste Blanqui.

Para Blanquist berdemo di pusat kota dan meminta agar Pemerintahan Sementara pimpinan Thiers mundur saja.

Awal Januari, Prussia membombardir Paris dengan ribuan bola meriam. Rakyat menderita kelaparan. Mereka bahkan memakan tikus dan hewan di kebun binatan kota. Thiers berkeliling Eropa meminta bantuan tetapi sia-sia. Akhirnya Pemerintah Sementara membayar denda yang sangat besar pada Prussia. Perangpun berhenti.

Kekacauan di Paris

Pada tanggal 22 Januari, demo terjadi lagi dan kali ini mereka benar-benar menuntut Pemerintah Sementara bubar dan digantikan oleh komune. Para pendemo juga mendapat dukungan anggota Garda Nasional pimpinan Jenderal Trochu.

Demonstrasi ini kian hari kian bertambah besar. Para pengikutnya juga ternyata berasal dari kaum kiri yang beraliran anarki. Koran dan media pro-sosialis juga bertanggung jawab atas membengkaknya dukungan rakyat Paris pada para pendemo.

Uniknya, Garda Nasional dan milisi juga mendukung aksi dari rakyat ini. Para prajurit bawahan menolak perintah perwira mereka untuk membunuh para pekerja. Justru mereka menawan atasan mereka dan bergabung dengan rakyat.

Berdirinya Komune Paris : Negara Kelas Pekerja

Setelah para pengikut Thiers mundur dari Paris, rakyat membentuk komite-komite dan bersidang. Mereka kemudian mendirikan apa yang selama ini hanya ada di dalam pikiran para pemikir komunis maupun intelektual sosialis, yakni sebuah negara buruh pertama dan satu-satunya di dunia.

Komune Paris berdiri, tanpa seorang raja, presiden atau perdana menteri. Semua urusan dijalankan secara kolektif. Dewan-dewan dibentuk melalui pemilihan umum dan mereka hanya digaji setara dengan rata-rata buruh biasa. Tidak ada hak istimewa, semua setara. Sama rasa, sama rata.

Para buruh menghapus banyak undang-undang yang mereka nilai kejam. Mereka bahkan berhasil menjalankan pabrik-pabrik dan alat produksi sendiri paska hijrah besar-besaran kaum borjuis karena ketakutan.

Minggu Berdarah

Kaum Komunard (pendukung Komune Paris) melakukan banyak perubahan, antara lain pemisahan gereja dan negara. Para uskup, pendeta dan rohaniawan ditangkap. Mereka dipenjara sedang sebagian dieksekusi mati.

Thiers berang. Ia menyusun kekuatan untuk merebut kembali Paris. Namun dirinya hanya punya sedikit sisa prajurit.

Sebenarnya dia bisa mengumpulkan para prajurit yang berserakan paska perang. Ia juga punya opsi untuk memobilisasi masa rakyat yang loyal para Kerajaan Prancis dan pendukung Katolik untuk merebut ibukota. Tetapi semua itu butuh waktu sementara ia tak mempunyainya.

Namun sayangnya ternyata kaum pekerja Paris tak punya cukup pengalaman dan kecapakan dalam mempertahankan kemenangan yang sudah mereka raih.

Thiers memerintahkan para jenderalnya untuk kemudian menyerang Paris. Marsekal Patrice MacMahnon yang berhasil melarikan diri keluar Paris akhirnya memimpin pasukan militer. Ia menyerbu dengan kekuatan penuh dari jurusan barat.

Komunard kaget. Mereka tak menyangka pasukan musuh bisa masuk dengan mudah. Rakyat mulai saling menyalahkan. Kambing hitam utamanya adalah Jenderal Jaroslav Dabrowski. Hanya setelah pria malang itu tewas, warga berhenti menuduhnya.

Delescluze, salah satu pimpinan utama Komunard berjuang mati-matian mempertahankan kota. Ia meminta warga turun untuk membantu namun menurut salah satu sumber hanya 20 ribu orang yang bersedia, termasuk wanita dan anak-anak.

Delescluze berniat melarikan diri namun tak ada yang sanggup menggantikan perannya. Ia kemudian tewas setelah ditembak pasukan Perancis.

Kematian Delescluze adalah pukulan paling telak bagi pihak Komunard. Mereka kemudian tak mampu mempertahankan Paris. Pasukan Prancis masuk dan mulailah pembantaian besar-besaran. Perkiraan kasar, 10.000 komunis dan anggota komune tewas.

Pelajaran dari Komune Paris

sejarah Komune Paris
Komune Paris

Banyak hal yang bisa dipelajari dari peristiwa Komune Paris. Semua revolusi tersebut walau awalnya sukses tetapi berakhir menyedihkan. Kenapa?

Pertama, karena tidak adanya sebuah partai yang revolusioner dan cakap dalam mengatasi keadaan. Para komunard berjalan seperti kaum anarki dan tanpa perhitungan. Mereka mendapatkan apa yang dicita-citakan tetapi tidak mampu mempertahankannya.

Kedua, mereka mengeksekusi banyak uskup, pendeta dan rohaniawan. Hal ini menimbulkan kebencian dari rakyat yang masih percaya pada Gereja. Kekuataan revolusionerpun gagal mewadahi semua kalangan.

Itulah sebuah kisah dari negara kelas pekerja pertama dan mungkin satu-satunya di dunia, yakni Komune Paris. Sebuah negara yang kini sudah lenyap namun terus dikenang. 

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Sejarah Komune Paris"