Sejarah Romawi
Bayangkan sebuah desa kecil di tepi Sungai Tiber, dikelilingi bukit-bukit Italia tengah. Tidak ada yang menyangka, dari sanalah lahir sebuah kekuatan yang nantinya menguasai hampir seluruh dunia kuno. Inilah kisah panjang Romawi — penuh peperangan, tokoh legendaris, intrik politik, kejayaan luar biasa, sampai keruntuhan yang dramatis. Mari kita susuri garis waktunya!
![]() |
Romawi |
Awal: Dari Romulus ke Republik (±753–509 SM)
Legenda berkata, Roma lahir pada 753 SM, ketika Romulus membunuh kembarannya, Remus, lalu mendirikan kota yang kelak menyandang namanya. Pada masa awal ini, Roma dipimpin oleh tujuh raja. Ada Numa Pompilius yang religius, Servius Tullius yang pintar membuat sistem sensus, hingga Tarquinius Superbus, raja terakhir yang sombong dan kejam.
Nah, karena tiran inilah rakyat Roma muak. Tahun 509 SM, mereka berontak, menendang monarki keluar, dan mendirikan sistem baru: Republik Romawi. Tidak ada lagi raja, melainkan dua konsul yang berganti setiap tahun, ditemani oleh Senat dan majelis rakyat. Keren, kan?
Republik: Dari Perjuangan ke Penaklukan (509–27 SM)
Awalnya, republik ini penuh drama internal. Kaum plebeian (rakyat jelata) menuntut hak politik dari kaum patrician (bangsawan). Hasilnya? Muncullah Hukum Duabelas Meja (451 SM), hukum tertulis pertama Roma, supaya aturan jelas dan tidak hanya menguntungkan bangsawan.
Setelah itu, Roma mulai ekspansi. Langkahnya mantap:
264–146 SM: Perang panjang melawan Kartago, dikenal sebagai Perang Punisia. Di sinilah tampil Hannibal, jenderal legendaris Kartago yang membawa gajah melintasi Alpen untuk menyerbu Italia! Meski sempat bikin Roma ketar-ketir, pada akhirnya Roma keluar sebagai pemenang dan Kartago hancur total.
Di sisi lain, Roma juga menguasai Yunani, Spanyol, sampai Asia Kecil. Dari sini, Roma berubah dari negara kota jadi kekuatan Mediterania.
Tapi jangan kira semua mulus. Di dalam negeri, muncul masalah serius. Para jenderal makin kuat, sementara rakyat miskin makin terpinggirkan. Tiberius dan Gaius Gracchus mencoba membela rakyat dengan reformasi tanah, tapi keduanya malah terbunuh.
Lalu muncullah tokoh-tokoh besar: Marius, yang mereformasi tentara, dan Sulla, yang merebut kekuasaan dengan paksa. Republik makin berantakan.
Akhirnya panggung diambil oleh Julius Caesar. Ia menaklukkan Galia (Prancis sekarang), lalu pada 49 SM menyeberangi Sungai Rubicon — sebuah tanda perang saudara melawan Pompeius. Caesar menang, jadi diktator, tapi pada 44 SM ia ditikam mati oleh para senator yang takut ia jadi raja baru.
Namun, usaha mereka gagal. Muncullah penerus Caesar: Octavianus (keponakan sekaligus anak angkatnya). Setelah mengalahkan Antonius dan Cleopatra di Pertempuran Actium (31 SM), Octavianus jadi penguasa tunggal. Republik resmi tamat.
Kekaisaran: Pax Romana yang Megah (27 SM – 284 M)
Octavianus, yang kini bergelar Kaisar Augustus, membuka babak baru: Kekaisaran Romawi. Di masanya, jalan raya dibangun, tentara diperkuat, dan seni budaya berkembang.
Selama dua abad berikutnya, dunia Mediterania menikmati Pax Romana, “Perdamaian Romawi”.
Kaisar Trajanus (98–117 M) membawa Roma ke puncak wilayah terluas: dari Inggris sampai Mesopotamia!
Hadrianus membangun tembok besar di Britania untuk menahan suku-suku liar di utara.
Marcus Aurelius, si filsuf di atas takhta, memimpin di tengah invasi barbar dan wabah besar.
Namun, setelah kematian Marcus (180 M), badai mulai datang. Kaisar yang lemah, perebutan takhta, dan serangan barbar membuat Roma goyah.
Krisis Abad Ketiga (235–284 M)
Bayangkan sebuah negara yang dalam 50 tahun punya lebih dari 20 kaisar! Itulah yang terjadi pada Roma. Hampir semua berakhir dibunuh atau digulingkan. Kekaisaran sempat terpecah: ada Kekaisaran Gallic di barat dan Kekaisaran Palmyra di timur.
Untungnya ada Kaisar Aurelianus (270–275 M) yang berhasil menyatukan lagi. Tapi krisis ini menunjukkan: raksasa Romawi mulai rapuh.
Masa Akhir: Kristen, Pemisahan, dan Kejatuhan (284–476 M)
Diokletianus (284–305 M) mencoba memperbaiki keadaan. Ia membagi kekuasaan jadi empat penguasa (Tetrarki), membenahi pajak, dan memperkuat militer. Tapi ia juga terkenal dengan penganiayaan besar terhadap umat Kristen.
Kemudian datang Konstantinus Agung.
- 313 M: ia mengeluarkan Edik Milano yang melegalkan agama Kristen.
- 330 M: ia mendirikan ibu kota baru, Konstantinopel, yang nantinya lebih penting dari Roma sendiri.
Pada 395 M, setelah Kaisar Theodosius I wafat, kekaisaran resmi dibagi dua:
- Romawi Barat (ibu kota Ravenna),
- Romawi Timur atau Bizantium (ibu kota Konstantinopel).
Romawi Barat yang malang menghadapi serangan beruntun:
- 410 M: Roma dijarah Visigoth di bawah Alaric.
- 451 M: Hun di bawah Attila menyerbu, tapi ditahan di Pertempuran Catalaunian Plains.
- 455 M: Roma kembali dijarah, kali ini oleh bangsa Vandal.
- 476 M: Kaisar terakhir, Romulus Augustulus, digulingkan oleh Odoacer, seorang pemimpin barbar. Tamatlah sudah Kekaisaran Romawi Barat.
Sementara itu, Romawi Timur alias Bizantium bertahan hampir seribu tahun lagi, hingga akhirnya jatuh ke tangan Turki Utsmani pada 1453.
![]() |
Sejarah Romawi |
Penutup: Warisan yang Abadi
Roma boleh runtuh, tapi jejaknya masih ada di sekitar kita. Bahasa Latin melahirkan bahasa-bahasa modern, hukum Romawi jadi dasar hukum Eropa, arsitektur Romawi masih kita lihat di gedung-gedung besar, dan Kristen — yang dilindungi Konstantinus — kini jadi agama terbesar di dunia.
Jadi, meski Romulus Augustulus dijatuhkan lebih dari 1500 tahun lalu, roh Romawi masih hidup dalam dunia kita hari ini.
Posting Komentar untuk "Sejarah Romawi"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.