Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Paylater, Pinjol dan Pedang Bermata Dua

Artikel ini tentang dampak negatif paylater dan pinjol. Pesan itu masuk lagi. Kubaca dengan enggan. Isinya masih sama, mempermalukan seseorang dan mendesakku agar ikut membuatnya membayar tunggakkan utang. Tak mau masalah jadi panjang, kuhapus dari daftar kotak pesan. Besoknya datang pesan yang sama. 

Paylater dan pinjol memang memudahkan masyarakat untuk berbelanja. Namun di balik itu semua, terdapat resiko besar yang harus dibayar. Bukan cuma uang, tapi juga jantung yang berdebar malam dan siang. 

Pertama-tama aku ingin mengatakan bahwa konsep pinjaman online dan paylater memang sebuah terobosan jitu dalam membuka gembok jaman. Ia mendobrak sistem perbankan, memberikan sesuatu yang sebelumnya hanya dimiliki beberapa kalangan. Sebuah privilese untuk mendapatkan barang tanpa langsung membayar. Cerdas, bukan?

Namun sayangnya tidak seindah itu. Ada banyak kasus dimana orang merasa ditipu dan dijebak. Mereka meronta dan berteriak. Seolah-olah terjadi ketidak-adilan dari perjanjian yang disembunyikan. 

Benarkah? Tergantung Anda melihat dari sudut pandang yang mana. Meneropong dari sisi mereka yang meminjamkan uang, atau berdiri bersama barisan yang menyebut dirinya korban hutang? Silahkan memilih. Namun mari mencoba mengupas secara obyektif, tanpa perlu menjadi naif atau selalu berfikir negatif.

Pada prinsipnya hutang harus dibayar. Anda meminjam uang, bukan diberi cuma-cuma. Itu konsep yang harus dipegang bersama.

Ingat, mungkin dibalik uang itu, ada orang yang juga sedang menanti cuan melalui sistem saling meminjam dana. Seperti bank yang menyalurkan kredit dari mereka pemilik kartu debit. Atau investor yang jujur di P2P Lending

Jadi tidak usah berpikir terlalu jauh, karena semua harus dilihat secara utuh. Uang yang dipinjam harus dikembalikan, bukan?

Namun tentu ini bukan sistem pinjam-meminjam antar sahabat, tapi ada orang-orang yang bekerja di sini. Mereka yang disebut pegawai. Mereka yang menanamkan dana berupa investasi. Tentu pengembalian harus disertai bunga. 

Semua ini terlampau jelas untuk diputar-putar. Peminjam harus sadar bahwa ia mengembalikan lebih banyak dari yang dipinjam. Bunga digunakan membayar pegawai, membesarkan perusahaan dan berbagi keuntungan. Entah kepada investor atau owner pemilik kantor. Atau para tenaga yang disebut debt collector. 

Faktor Gagal Bayar di Pinjol & Paylater

bahaya paylater dan pinjol
bahaya paylater dan pinjol

Banyaknya kasus orang gagal bayar menjadi palu yang membuat konsep indah ini buyar. Rentenir, lintah darat, kapitalis dan sebutan lainnya menyeruak, bermunculan sebagai suatu kosakata untuk menyebut oknum tertentu. Benar, oknum yang tadi meminjamkan uang.

Lantas bagaimana bersikap. Menurut opini pribadiku, ada beberapa hal yang sudah salah sejak awal, dan kemudian diperparah dengan mental bebal. Akhirnya semua jadi runyam. 

Kenapa orang mengambil opsi paylater dan meminjam dari pinjol? Ada dua faktor utama : 

Kemudahan, karena nyatanya pencairan pinjaman banyak yang tanpa survey, analisa mendalam atau interview dari tenaga yang memang ahli di bidang ini. Keputusan menjadi cepat diambil ketika dokumen dan foto diri dikirim lewat aplikasi. Sungguh memudahkan tapi juga mencelakakan. 

Banya orang-orang yang memang sedari awal rentan gagal bayar justru diloloskan. Ini sebuah aksi potong kompas yang kurang bijak. Banyak yang tanpa BI checking, diskusi berdasarkan rekening koran atau visitasi ke hunian si peminjam. 

Terang saja banyak kasus gagal bayar karena memang mereka sedari awal punya potensi tak mampu membayar. 

Faktor selanjutnya, kampanye massif untuk mengambil opsi paylater. Iklan di internet dipenuhi narasi indah tentang diskon dan kemudahan semata. Orang jadi terpicu dan terpacu. Pada akhirnya lupa pada neraca keuangan masing-masing. 

Kejadian yang paling memilukan, seorang mengambil opsi paylater demi kebutuhan yang sebetulnya bisa ditunda atau ditiadakan sama sekali. Entah belanja di olshop demi gengsi atau berpiknik di hotel berbintang karena hanya merasa tertantang. 

Kegagalan ini pada hakikatnya disebabkan oleh beberapa hal : 

  1. Si peminjam kurang arif dan bijaksana dalam melihat kemampuan finansialnya untuk membayar hutang beserta bunga dalam kurun waktu yang sudah ditetapkan. Akhirnya terjebak pada denda yang tidak berkesudahan. 
  2. Si peminjam gagal untuk memilah mana kebutuhan dan mana keinginan. Akhirnya hanya mengikuti trend semata. Atau kurang kuat dalam mengontrol jiwa konsumerismenya. Pada akhirnya tetap sama, kemampuan finansialnya tidak mampu menutup hutang yang ada. 

Dampak dari ini semua adalah kericuhan. Pemberi dana ingin uang kembali. Setelah cara halus untuk mempersuasi peminjam gagal, cara lain dilancarkan. Termasuk dengan mempermalukan orang-orang itu, berharap dana bisa kembali. 

Komunitas Gagal Bayar

paylater dan pinjol
paylater dan pinjol

Ada aksi ada reaksi. Namun kadang reaksi yang ada sungguh mindblowing. Itulah hebatnya manusia. Di saat kepepet, kenekatan memberikan tenaga kreatif yang sangat fantastis, walau terkesan naif.

Sudah sejak beberapa waktu belakangan ini muncul komunitas gagal bayar, khususnya di Facebook. Lebih jauh lagi, mereka berhimpun melalui Telegram, saling bertukar tips dan trik untuk lolos dari jerat kewajiban membayar hutang dan bunga.

Aku sendiri tak mau terlalu berpolemik di titik ini. Namun uniknya ada yang dengan terang-terangan mengaku berhasil galbay alias gagal bayar di sejumlah aplikasi. Ini terdesak atau hobi?

Kontrol Diri dalam Mengambil Keputusan

pinjaman online dan paylater
pinjaman online dan paylater

Sering karena himpitan kondisi, orang jadi berpikir bagaimana bisa hidup hari ini, dan bertahan esok hari bermodalkan janji. 

Ketika tidak ada lagi teman yang bisa diajak kompromi untuk hutang beralaskan janji, maka paylater dan pinjaman online jadi solusi.

Bagiku, terkadang hutang itu penting dan harus diambil. Negara saja berhutang demi memuluskan pembangunan. Hutang yang baik adalah yang digunakan dengan bijak dan tentu saja dikembalikan.

Dalam menyikapi maraknya godaan pinjaman berbasis aplikasi, termasuk paylater, maka pertama-tama haruslah dipilah, mana kebutuhan mana keinginan.

Selanjutnya sebelum benar-benar mengambil pinjaman, lakukan analisa mendalam, termasuk menghitung resiko adanya denda.

Selain itu, jika kondisi sedang baik dan keuangan sedang memungkinkan, lakukan hal-hal berikut : 

  • Menabung. Ini adalah hal penting yang seharusnya dilakukan semua orang. Kita tidak tahu kebutuhan mendesak apa yang nanti bisa muncul di kemudian hari.
  • Berinvestasi. Di zaman digital ini, investasi semakin mudah. Bahkan hanya sekarang bisa investasi saham modal 100.000 saja. 
  • Membuka usaha sampingan. Dengan ini uang akan berputar di tempat yang memang seharusnya. Bisa jadi ini juga membuka peluang menuju kepada financial freedom. 

Pedang Bermata Dua

solusi paylater dan pinjol
solusi paylater dan pinjol

Semua yang berlebihan itu tidak baik, termasuk berbelanja dan membiasakan diri berhutang. Namun aku menolak untuk menghakimi siapapun di sini. Aku bukan Tuhan Yang Maha Tahu, terlebih aku tak mampu juga memberikan solusi paling tepat untuk semua pihak. 

Mari kita lebih bijak dalam menyikapi segala hal, termasuk juga rayuan menggunakan paylater dan mengambil pinjaman online. 

Dalam blog ini aku sudah menuliskan beberapa artikel yang mungkin layak untuk dikunjungi terkait topik di atas, antara lain : 

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Paylater, Pinjol dan Pedang Bermata Dua"