Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Agama Manichaeisme dari Persia

Agama Manichaeisme adalah suatu kepercayaan yang muncul pada sekitar abad ke-3 masehi di sekitar Persia lalu menyebar di banyak tempat di Asia, Eropa dan bahkan Afrika. 

Manicheaism atau agama Maniisme didirikan oleh seorang pemikir dari Iran bernama Mani. Para pengikutnya menyebutnya sebagai Nabi Mani. Oleh karena itu banyak juga yang menyebut agama ini dengan nama agama Mani.

Ada banyak hal menarik dari agama kuno asal Persia ini. Salah satunya adalah status Manicheaisme sebagai agama global pertama yang memiliki pengikut tidak hanya di satu kawasan. Ia telah menjadi sebuah agama internasional sebelum Kristen dan Buddha berkembang jauh dari tempat asal kelahirannya masing-masing.

Selanjutnya yang membuat agama kuno ini unik adalah banyaknya sumber yang mengatakan bahwa ajaran Nabi Mani terinspirasi dari Kekristenan, Yahudi, Zoroastrian hingga Buddha. 

Doktrin Agama Manichaeisme

Agama Manichaeisme dari Persia
Manichaeisme

Mani atau dikenal sebagai Nabi Mani adalah pendiri dari agama Maniisme (disebut juga Manichaeisme atau Manikheisme). Ia dipercaya lahir pada tahun 216 Masehi di Provinsi Babylon, Persia. Pada masa itu, orang Sasanid dan Mesopotamia sudah mengenal ajaran Zoroastrian. Sedangkan di barat, Agama Kristen sedang tumbuh pesat. Lalu di Cina, orang-orang juga sudah memeluk kepercayaan, yakni Buddha, Dao dan Konfusius. 

Inti dari ajaran Manikheisme adalah : 

  • Ada dua kekuatan di alam semesta ini, yakni Terang dan Gelap.
  • Kedua kekuatan ini saling berkonflik terus menerus.
  • Ajaran Mani mengatakan bahwa Surga adalah sesuatu yang kekal dan tidak diciptakan. Di sana bertahta Bapa yang Maha Besar (Father of Greatness) dan dan seorang dewi bernama Roh Agung (Great Spirit). Surga ini terdiri dari lima elemen, yaitu air, api, udara, cahaya dan eter.
  • Kerajaan kegelapan dipimpin seorang pangeran kegelapan. Dua kekuatan ini, gelap dan terang saling bertemu dan bertempur.
  • Mani menerima semua kitab dan agama terdahulu, yakni Zoroastrian, Buddhisme dan Kristen.
  • Mani percaya pada Adam, Zarathusta, Buddha dan Yesus.
  • Mani mengklaim diri sebagai Rasul Yesus (terkadang sebagai reinkarnasi Yesus) dan salah satu Buddha.
  • Dalam agama Maniisme, terdapat dua golongan, yakni golongan terpilih dan golongan biasa. Golongan terpilih hidup layaknya Biksu dan golongan lainnya harus melayani golongan ini.
  • Mani ingin agamanya menjadi agama universal dan mendirikan agama tunggal di dunia.

Faktor Penyebab Lenyapnya Agama Manichaeisme 

Ada banyak sekali faktor yang diduga kuat sebagai hancurnya agama Manicheaisme dari muka bumi. Seperti diketahui sekarang, hanya ada 1 kuil yang bisa disebut sebagai tempat ibadah yang terkait dengan agama ini. Itupun ada di Cina, bukan di Iran tempat kelahirannya.

Adapun faktor yang menyebabkan lenyapnya agama Manicheaisme antara lain adalah : 

Bangkitnya Islam

Pada awal-awal kelahiran Islam, Manichaeisme tetap mendapatkan tempat untuk berkembang. Agama ini masih hidup di tengah-tengah masyarakat Persia dan Timur Tengah lainnya.

Namun kondisi itu berubah tatkala kalifah ketiga dari Dinasti Abbasid berkuasa. Dia adalah Abu Abdallah Muhammad ibn Abdallah al-Mansur atau yang biasa disebut Al-Mahdi. 

Ketika era kalifah tersebut, Manicheaisme mengalami tekanan dan kemudian penurunan jumlah pengikut. Meski persekusi ini sempat terhenti ketika era Kalifah Harun Al-Rasyid, namun hal tersebut kembali terulang lagi di era Kalifah Al-Mutaqdir. 

Akhirnya banyak orang Manicheaisme yang kemudian melarikan diri dari wilayah Mesopotamia dan pergi menuju Khorasan.

Perseteruan dengan Zoroastrian 

Agama Manicheaisme jelas lebih muda dari Zoroastrian. Meski begitu pada awal-awal kelahirannya, kedua penganut agama ini hidup berdampingan di Iran dan wilayah sekitarnya. 

Namun semua itu berubah tatkala Zoroastrianisme sebagai agama negara menindas pengikut agama Manikheisme. Bahkan sang nabi, yakni Mani tewas akibat hukuman yang diberikan oleh Raja Vahram 1 (Bahram 1).

Tewasnya Mani, seperti ditulis oleh Silvia Mantz dalam artikelnya di World History Connected Forum berjudul Manichaeism on the Silk Road menyebutkan bahwa Vahram 1 dipengaruhi oleh seorang pemimpin Zoroastrian untuk menghukum Mani.

Vahram 1 juga tersulut melakukan penghukuman terhadap sang nabi karena tidak suka Raja Ba'at dari Armenia yang pindah agama menjadi penganut Manikheisme. 

Penindasan oleh Kaisar Roma

Bukan hanya para kaisar Roma, penganut Kristen juga melakukan persekusi terhadap para pengikut Nabi Mani. Hal inilah yang kemudian menjadi faktor kenapa ajaran ini kemudian berhenti berkembang di wilayah-wilayah kekuasaan Romawi, seperti Balkan, Spanyol, Jerman, Eropa Timur dan Afrika Utara. 

Banyak yang menganggap kaum Khataris dan Gnostik merupakan kelanjutan dari Manikheisme dan mereka semua mendapatkan takdir yang sama, yakni dihancurkan.

Lahirnya Terlalu Banyak Varian

Manikheisme telah berkembang pesat ke banyak wilayah dan akibatnya adalah terjadi asimilasi dengan budaya lokal.

Seperti sudah dibahas di atas, Manikheisme di Eropa menjadi sangat mirip dengan Kekristenan. Sedang di Cina, agama ini juga terlihat sebagai sebuah sekte dari Buddhisme. 

Akibat dari hal itu adalah ajaran Nabi Mani ini selanjutnya kehilangan nilai-nilai dan pengajaran utamanya sehingga kemudian lenyap dan bahkan menjadi bagian dari agama lokal.

Tidak Ada Rasul Pengganti Nabi Mani

Tidak seperti Kristen yang punya murid-murid Yesus dan juga Paulus sebagai pendakwah, Mani nampaknya gagal untuk mencetak penerusnya, sehingga agama ini hanya diteruskan dan dipimpin oleh para rohaniawan lokal.

Selain itu, tidak seperti Islam yang sukses mendirikan kekhalifahan, Mani gagal membentuk negara-negara yang berlandaskan agama ini, kecuali di Uighur. Dalam sejarah, hubungan antara agama dan negara sangat penting, dimana pemerintah berfungsi melindungi agama agar bisa berkembang. Sedangkan agama memberi legitimasi kepada pemerintah untuk memimpin negara. 

Semua faktor tersebut di atas pada hakikatnya memberi kontribusi bagi menghilangnya agama Manichaeisme di dunia. Ia kemudian lenyap baik di timur maupun barat.

Manichaeisme di Eropa dan Afrika

Manichaeisme berkembang setelah kelahiran Kristen dan ia juga sedikit-demi-sedikit masuk ke wilayah yang sebelumnya sudah menjadi basis Kristen, khususnya Katolik Roma.

Salah satu wilayah yang menjadi pusat perkembangan Manichaeisme adalah di Afrika Utara. Namun mereka menghadapi tantangan dari Kristen karena teologi Mani jelas bertentangan dengan Kekristenan. Sekali lagi harus diingat, banyak juga yang menganggap agama ini adalah sekte bid'ah dari Kristen, khususnya karena terlihat sebagai salah satu cabang Gnostik.

Pada tahun 302 Masehi, Kaisar Diocletian memberikan pembatasan luar biasa bagi penyebaran agama Mani. Selain itu pada tahun 382 Masehi, Theodosius 1 menghukum para biarawan Mani. 

Selain itu dikatakan bahwa Maniisme ini juga sempat berkembang di wilayah Romawi dan sekitarnya. New World Encyclopedia menulis pada lamannya bahwa pada tahun 280 Masehi, ia sampai di Roma. Sedangkan pada tahun 244 ia sampai di Mesir. Sebuah biara Manikheisme juga ada di Roma pada 312. Di Perancis selatan juga terdapat penganut agama ini.

Di Eropa, Maniisme ini ditengarai menjadi fondasi utama bagi perkembangan sekte-sekte sempalan Katolik, seperti Paulicians, Bogomils dan Khatarisme. Sekte-sekte itu akhirnya lenyap dengan sendirinya atau karena dibantai dalam Perang Salib edisi Kristen vs Pagan dan Kristen vs Bid'ah.

Manichaeisme di Uighur dan Cina

Nabi Mani pendiri Manichaeisme
Nabi Mani dalam gambaran budaya Cina

Namun berbeda dengan di Timur Tengah, Romawi ataupun India, Uighur dan Cina memiliki kasus yang berbeda.

Dilansir dari Radiichina.com dalam artikelnya berjudul China’s Forgotten Faith: How Did a 3rd Century Religion from Iran Make it to China’s Southeast Coast?, ternyata ada satu kuil Manichaesme yang masih bertahan, khususnya di provinsi Fujian.

Uniknya, masyarakat setempat justru menganggap figur yang dimuliakan di sana sebagai salah satu dari Buddha, yakni Buddha of Light. Ini jelas sebuah anti-klimaks, dimana pada akhirnya ajaran Mani justru dikenal oleh orang-orang sebagai bagian dari agama lain. 

Memang di Uighur, Manichaeisme sempat berkembang pesat. Itu karena para pemimpin Uighur menerima Manichaeisme sebagai agama resmi negara pada tahun 763 Masehi. 

Faktor utama yang dianggap melandasi keputusan pemimpin Uighur ini adalah keinginan mereka untuk menjauhkan diri dari Cina. 

Memang China sempat melarang dan bersifat antipati terhadap agama asing, khususnya Buddha dan pada akhirnya Manikheisme. Mereka berpendapat, jika Uighur menerima agama yang dibenci Cina, maka itu akan membuat mereka melebarkan jurang pemisah diantara keduanya. 

Namun ketika Uighur jatuh ke tangan Mongol, berakhir pula agama Manichaeisme di sana. Meski sempat berkembang di Cina, namun agama ini justru berakhir tragis, yakni melebur dengan Buddhisme. 

Itulah sekilas mengenai Nabi Mani dan Manichaeisme dari Persia, sebuah agama kuno yang kini telah punah. Baca juga artikel menarik lainnya : 

Sumber : 

  • https://www.britannica.com/topic/Manichaeism
  • https://www.newworldencyclopedia.org/entry/Manichaeism
  • https://www.youtube.com/watch?v=8vjzr9ONXi4
  • https://radiichina.com/manichaeism-chinas-forgotten-faith/
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Manichaeism
  • https://iranicaonline.org/articles/manicheism-ii-the-manichean-pantheon
Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Agama Manichaeisme dari Persia"