Pemilu 1999, Sebuah Catatan dari Seorang Bocah yang Melihat Euforia Demokrasi
Ini adalah catatan kecil saya tentang sebuah peristiwa besar Bangsa Indonesia bernama Pemilu 1999. Saat itu saya memang masih bocah, seorang bocil yang baru duduk di kelas SD. Tetapi memori akan hingar bingar pesta demokrasi paska runtuhnya rejim Suharto tidak pernah terlupakan hingga hari ini.
Maka sebagai pelaku sejarah yang menyaksikan sendiri bagaimana peristiwa itu berlangsung, saya mencoba menggali lagi memori masa lalu sambil juga melengkapi dari berbagai sumber. Kenapa? Indonesia ini bangsa yang berkali-kali amnesia. Mungkin karena tidak suka membaca, terlebih menulis. Menulis kisahnya sendiri hingga terus menerus jatuh di lubang yang sama.
Kiranya catatan kecil di blog progresif Catatanadi.com ini bisa memberikan sumbangsih bagi seluruh bangsa Indonesia, setidaknya bagi diri saya sendiri agar tidak menjadi insan yang mudah lupa.
Pemilu 1999, Dari 3 Jadi 48
| Bendera Peserta Pemilu 1999 (Sumber: Kompas) |
Perlu diketahui bahwa sejak Orde Baru muncul hingga menjelang kehancurannya, Indonesia hanya mengenal 3 organisasi peserta pemilu (OPP), yaitu 2 partai politik dan 1 golongan karya. Mereka semua adalah PDI (Partai Demokrasi Indonesia), PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan Golkar (Golongan Karya).
Ketiga OPP itu menjadi pilihan rakyat Indonesia dalam pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, 1997. Pada perhelatan pemilu tahun 71, yakni pemilu pertama semasa Orba, ada 10 peserta, yaitu:
Partai Katolik, PSII, NU, Parmusi, Golkar, Parkindo, Murba, PNI, Perti dan IPKI. Secara luar biasa PNI yang merupakan juara Pemilu 1955 kalah telak, hanya dapat 3 juta suara. Sedangkan Golkar yang merupakan partai baru pengusung rejim Suharto justru menang dengan jumlah suara di luar nalar, di atas 30 juta.
![]() |
| hasil Pemilu 1971 (sumber: Wikipedia) |
Paska Pemilu 1971, Pemerintah menetapkan banyak keputusan terkait iklim demokrasi di Indonesia, dua yang terpenting adalah penyederhanaan parpol dan azas tunggal Pancasila.
Hasilnya muncul 2 partai dan 1 golongan karya. Kedua partai itu adalah PPP hasil fusi NU, Parmusi, PSII dan Perti. Partai ini sering dianggap sebagai representasi Islam politik. Sedang sisanya, yaitu Partai Katolik, Parkindo, IPKI, Murba dan PNI bergabung menjadi PDI yang sering disebut partai abangan atau partai penerus Sukarno.
Pemilu 1999 menjadi istimewa karena di event itulah Golkar kalah dari PDIP, partai baru. Ini seperti karma, padahal Golkar terus menang sejak 1971 sampai 1997.
Juga di Pemilu 1971 hingga 1999, rakyat hanya mencoblos tanda gambar partai tanpa tahu nama caleg. Presiden dan wapres juga dipilih oleh anggota MPR, dimana anggota MPR terdiri dari anggota DPR perwakilan partai dan Utusan Golongan serta Utusan Daerah (khususnya 1999). Jadi secara logika, belum tentu capres dari partai pemenang pemilu langsung jadi presiden, jika rivalnya pandai memainkan strategi politik di sidang MPR.
Lalu mari fokus ke Pemilu 1999. Jika sebelumnya hanya ada 3 OPP, maka di pemilu 1999 ada 48 parpol. Golkar juga dipaksa jadi parpol setelah sebelumnya bentuknya tidak jelas.
Apa saja partai politik peserta Pemilu 1999? Berikut adalah 48 partai pada Pemilu 99 sebagai awal baru paska Orba tumbang.
| No. Urut | Nama Partai Politik | No. Urut | Nama Partai Politik |
|---|---|---|---|
| 1 | Partai Indonesia Baru (PIB) | 25 | Partai Nahdlatul Ummat (PNU) |
| 2 | Partai Kristen Nasional Indonesia (KRISNA) | 26 | Partai Nasional Indonesia - Front Marhaenis (PNI-FM) |
| 3 | Partai Nasional Indonesia (PNI Supeni) | 27 | Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (Partai IPKI) |
| 4 | Partai Aliansi Demokrat Indonesia (PADI) | 28 | Partai Republik |
| 5 | Partai Kebangkitan Muslim Indonesia (KAMI) | 29 | Partai Islam Demokrat (PID) |
| 6 | Partai Ummat Islam (PUI) | 30 | Partai Nasional Indonesia - Massa Marhaen |
| 7 | Partai Kebangkitan Ummat (PKU) | 31 | Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) |
| 8 | Partai Masyumi Baru (PMB) | 32 | Partai Persatuan (PP) |
| 9 | Partai Persatuan Pembangunan (PPP) | 33 | Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) |
| 10 | Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) | 34 | Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI) |
| 11 | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) | 35 | Partai Golongan Karya (Partai Golkar) |
| 12 | Partai Abul Yatama (PAY) | 36 | Partai Buruh Nasional (PBN) |
| 13 | Partai Kebangsaan Merdeka (PKM) | 37 | Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) |
| 14 | Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB) | 38 | Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Partai MKGR) |
| 15 | Partai Amanat Nasional (PAN) | 39 | Partai Daulat Rakyat (PDR) |
| 16 | Partai Rakyat Demokratik (PRD) | 40 | Partai Cinta Damai (PCD) |
| 17 | Partai Syarikat Islam Indonesia 1905 (PSII 1905) | 41 | Partai Keadilan (PK) |
| 18 | Partai Katolik Demokrat (PKD) | 42 | Partai Solidaritas Pekerja (PSP) |
| 19 | Partai Pilihan Rakyat (PILAR) | 43 | Partai Nasional Bangsa Indonesia (PNBI) |
| 20 | Partai Rakyat Indonesia (PARI) | 44 | Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia |
| 21 | Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (Masyumi) | 45 | Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia (Partai SUNI) |
| 22 | Partai Bulan Bintang (PBB) | 46 | Partai Nasional Demokrat (PND) |
| 23 | Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia (PARTAI SPSI) | 47 | Partai Ummat Muslimin Indonesia (Partai UMMI) |
| 24 | Partai Demokrasi Indonesia (PDI) | 48 | Partai Pekerja Indonesia (PPI) |
Mungkin sebagian besar anak jaman sekarang tidak familiar dengan partai-partai di atas, tetapi percayalah bahwa sebagian dari nama itu masih ada hingga hari ini, hanya berganti nama. Misal Partai Buruh Said Iqbal, adalah (diklaim) kelanjutan dari PBN yang didirikan Mochtar Pakhpahan. Partai Keadilan berubah menjadi PKS dan PKP berubah menjadi PKPI. Sedang semua PNI kemudian melebur (meski para pengurusnya ada yang menolak) menjadi PNI Marhaenisme pimpinan Almarhumah Sukmawati Soekarnoputri, saudari Megawati Soekarnoputri.
Memang bisa dibilang Pemilu 1999 membingungkan karena ada begitu banyak partai. Banyak yang juga namanya serta logonya mirip. Misal: Partai Berlogo Banteng. Partai jenis ini cukup banyak. Ketiga PNI (Supeni, Massa Marhaen dan Front Marhaenis) ditambah PND yang sama-sama ada unsur banteng segitiga. Lalu PDIP dan PDI yang berbagi histori yang sama.
Masih ada PPP dan Partai Persatuan meski lambangnya beda. Satu berkakbah, lainnya mempertahankan bintang dalam segilima.
Juga ada Partai yang benar-benar seperti pinang dibelah tiga, misal Masyumi Baru, Partai Politik Islam Masyumi dan Partai Bulan Bintang. Padahal, partai terakhir lahir dari KBB (Keluarga Bulan Bintang), sebuah organ yang ingin membangkitkan semangat Masyumi. Juga ada PSII dan PSII 1905.
Selain itu ada banyak partai pekerja, yakni Partai SPSI, Partai Buruh Nasional, Partai Pekerja Indonesia dan Partai Serikat Pekerja. Padahal sebelumnya di bawah orde baru hanya ada sebuah wadah tunggal serikat buruh, SPSI.
![]() |
| Daftar Logo Partai di Pemilu 1999 |
Saya melihat kebingungan ada di titik tersebut, bukan seperti sekarang, bingung memilih nama caleg. Misal seseorang yang ingin memilih PDIP Megawati, bisa kesasar memilih PDI atau bahkan salah satu dari ketiga PNI.
Juga pendukung Yuzril Ihza Mahendra bisa keseleo memilih satu dari dua Masyumi alih-alih PBB. Santri NU bisa juga bingung antara PPP atau Partai Persatuan yang memakai lambang bintang yang sudah familiar.
Review Partai Politik 1999
Meski saat itu masih SD, tetapi saya sangat melek politik. Ini karena antusiasnya bapak dan para tetangga yang mengobrol masalah politik. Pada saat itu belum banyak yang punya HP atau komputer. Koran, majalah, TV dan radio menjadi sarana untuk mencari info. Dan mayoritas media membahas lahirnya parpol baru. Perlu digarisbawahi, ada ratusan bahkan ribuan partai, hanya saja yang lolos seleksi cuma 48 buah.
Dari 48 partai politik, beberapa memang sempat menarik perhatian saya. Terlebih memang partai-politik tertentu diulas cukup sering oleh media.
Berikut adalah beberapa partai politik peserta Pemilu 1999 yang cukup menarik perhatian dan punya latar belakang yang cukup seru untuk diulas:
PDIP
PDIP atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah hasil sempalan dengan PDI. Ketika Megawati jadi ketua PDI di tahun 96/97, Orde Baru tidak terima. Alhasil mereka lebih mengakui PDI Surjadi. Markas PDI Mega diserbu. Megawati serukan boikot Pemilu 1997 dan muncul gerakan Promega serta Mega Bintang, yakni gerakan untuk mendukung PPP (saat itu masih berlambang Bintang) di beberapa daerah.
PDIP kemudian lahir pada 15 Februari 1999 untuk membedakan diri dengan PDI Surjadi. Selain nama, PDI Mega juga menggunakan logo baru, yakni banteng gempal moncong putih. Ikut pertama di Pemilu 1999, PDIP langsung menang telak.
Golkar
Seingat saya, pada 1999, Golkar dipimpin Akbar Tanjung dan menggunakan nama Partai Golkar Baru. Partai ini dibuli terus menerus sebagai partai yang melakukan kecurangan dan mendapatkan priviledge semasa pemilu orba.
Terserah opini orang, tetapi pada saat reformasi, sejarah membuktikan Golkar keok meski tdak hancur lebur. Partai dengan kekuatan politik paling mengakar serta dukungan yang cukup besar dari PNS, keluarga ABRI dan aparat desa itu masih bisa jadi runner-up di bawah PDIP.
Saat itu ada cukup banyak berita yang mungkin sekarang tidak bisa terdengar lagi, bahwa kantor dan konvoi Golkar sering diganggu oleh oknum-oknum tertentu, khususnya dari partai lainnya. Ini mungkin karma bagaimana Suharto menindas partai lawannya serta kelompok politik yang tidak sejalan dengannya.
PPP
Dulu PPP berlambang bintang, tetapi lambang itu justru dipakai Partai Persatuan saat mereka memutuskan kembali menggunakan lambang Kakbah.
Berbeda dengan PDIP dan Golkar, PPP adalah partai Islam dan sebelum PKS ataupun partai Islam kekinian muncul, PPP menjadi wadah utama Islam politik.
Pada Pemilu 1997 dan sebelumnya, PPP sempat menggegerkan tanah air saat salah satu tokohnya, Buya Ismail Hasam Meteraum akan menantang Suharto menjadi capres. Tetapi di bawah rejim Orba dan Golkar, tentu hal itu hanya sebatas keinginan semata.
Nantinya PPP berhasil mengusung ketumnya, Hamzah Haz menjadi wapres mendampingi Megawati paska Gusdur lengser.
Partai Sempalan Golkar
Selanjutnya saya juga tertarik dengan dua partai yang berasal dari Golkar, yakni PKP dan MKGR. PKP atau Partai Keadilan dan Persatuan lahir pada 15 September 1998 dan tokoh utama dari partai ini adalah Jendral Edi Sudrajat, mantan Pangab. Dia kalah bersaing dengan Akbar Tanjung dalam perebutan ketum Golkar.
Menurut saya, banyak pendukung PKP adalah berlatar anggota TNI AD meski bisa saja saya salah. Partai ini menarik karena meski pamor dan prestasinya di tiap pemilu terus turun tetapi masih eksis hingga hari ini dengan nama baru PKPI.
Beda PKPI beda juga MKGR. MKGR atau Musyawarah Keluarga Gotong Royong sebenarnya adalah salah satu ormas penting penyusun Partai Golkar dan sudah eksis sejak geger 1965.
Uniknya meski MKGR pimpinan Ny Sugandhi ini ikut Pemilu, dalam internal Golkar sendiri masih ada ormas bernama yang sama.
Partai-Partai Banteng
Saya cukup penasaran kenapa ada banyak partai di Indonesia menggunakan lambang Banteng, baik itu kepala banteng maupun variasinya? Ternyata mereka ingin melabeli diri sebagai penerus PNI 1955.
Tentu jika itu berhasil, mereka akan mendapat limpahan suara dari kaum Marhaenis, nasionalis dan pendukung Bung Karno. Dalam Pemilu 1999, ada banyak Partai Banteng, yaitu PDIP, PDI Surjadi, PNI Supeni, PNI Massa Marhaen, PNI Front Marhaenis dan PND.
Saya sudah sempat membahas PDIP dan PDI, lalu bagaimana sisanya? Awalnya hanya ada sebuah partai PNI. Tokoh lawas macam Supeni, Bachtar Malik, Irawan Seonario dan lainnya sepakat bersatu. Tetapi PNI itu kemudian memilih Probosutedjo, adik tiri Suharto jadi ketua umum. Ini agak menggelikan bagi saya.
Lalu yang selanjutnya terjadi, sungguh bisa ditebak. PNI pecah. Dari jaman dulu, Partai Marhaen memang suka terpecah daripada bersatu. Supeni membentuk PNI sedangkan Partai Probosutedjo bernama Front Marhaenis.
Cukup sampai disitu? Tidak tentu saja. Ada Massa Marhaen yang didirikan Bachtar Malik dan Irawan Soenario. Terakhir ada PND yang menurut Wikipedia didirikan oleh sebagian aktivis GMNI, salah satu organisasi Mahasiswa populer di Indonesia berazas Marhaenisme.
PRD, PBN dan PUDI
![]() |
| Pendukung PRD tahun 1999 (Sumber: Kompas) |
PRD disalahkan oleh rejim sebagai aktor intelektual dibalik peristiwa Kudatuli. Nama mereka juga dikaitkan dengan komunisme dan gerakan komunis gaya baru. Banyak tokoh PRD jadi korban persekusi bahkan penculikan. PRD juga punya hubungan dengan banyak organisasi bawah tanah kala itu, semisal SMID, LMND, STN, KASBI dan masih banyak lagi. Kini PRD hadir dengan nama PRIMA atau Partai Indonesia Adil Makmur.
Di masa milis dan forum web masih ramai, banyak aktivis PRD yang ikut menyuarakan aspirasi mereka, mengabarkan kepada dunia atau sebaliknya, mengabarkan dunia pada warga tanah air melalui internet.
Partai selanjutnya adalah PBN atau Partai Buruh Nasional. Ketuanya adalah Mochtar Pakhpahan, ketua SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia), sebuah serikat buruh alternatif selain SPSI. Suharto yang tidak suka sistem kemanunggalan dalam organisasi buruh diganggu, akhirnya sempat memenjarakan Mochtar. Begitu reformasi datang, ia keluar penjara dan mendirikan partai. Meski tidak bisa berbicara banyak, partainya masih eksis dan diteruskan oleh Said Iqbal sebagai Partai Buruh.
Kemudian ada PUDI. Tokoh sentralnya adalah Sri Bintang Pamungkas. Pada sepanjang 1996-1998, namanya sempat moncer. Saya sering membaca dirinya diulas koran-koran dan majalah. Ia adalah salah satu dari sekian politikus yang dipenjara karena menentang Suharto. Sama seperti Mochtar, begitu bebas, ia memimpin partainya, yang didirikannya tahun 96 bernama PUDI.
Tiga Partai Kristen
Memang Indonesia adalah negara mayoritas Islam, tetapi partai Kristen dan Katolik juga pernah berjaya di Pemilu 1955. Sayangnya selanjutnya yang terjadi adalah kevakuman.
Di Pemilu 1999, ada tiga partai Kristen, yakni Partai Katolik Demokrat, Partai Krisna dan PDKB. Uniknya mereka tidak menggantungkan diri pada kejayaan partai Kristen di masa lalu semacam Partai Katolik 1955 dan Parkindo.
Sayangnya dari ketiga partai di atas, hanya PDKB yang mampu berbicara banyak di tingkat nasional, meski Partai Katolik juga mampu membangun basis di beberapa wilayah.
Partai Muhammadiyah?
Banyak tokoh bersinar di era 99, diantaranya Sri Bintang Pamungkas, Budiman Sujatmiko, Megawati Soekarnoputri, Gusdur, Sri Sultan, Mochtar Pakhpahan, Edy Sudrajat, dan lainnya. Tetapi yang layak disebut Bapak Reformasi sejati menurut saya adalah Amin Rais.
Amin Rais adalah penggerak sekaligus konseptor massa. Ia menikmati limpahan sorotan media nasional dan asing. Wajahnya terus muncul sepanjang 97-2000. Terlebih ia adalah mantan ketua Muhammadiyah dan sekaligus mendirikan Partai Amanat Nasional.
PAN di kala itu sangat identik sebagai corong politik Muhammadiyah. Banyak kegiatan rapat umum yang melibatkan pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah kala itu. Sebelum jadi partai artis, PAN benar-benar partai reformator sekaligus 'partai Muhammadiyah'.
Ada yang unik dari kedua organ itu, meski tidak saling terkait secara legalitas. Selain tokohnya sama, lambangnya intinya juga sama, matahari. Lambang matahari ini juga yang membuat PAN pernah 'tersinggung' dengan sesama partai baru, yakni Partai Kebangkitan Muslimin Indonesia (KAMI) yang juga berlogo matahari. PAN takut masyarakat jadi bingung, karena ada dua matahari. Berita ini sempat muncul di menjelang pemilu 99 meski mencarinya sekarang saya merasa kesusahan.
Partai NU?
Selain partai banteng, pemilu 99 juga punya banyak Partai NU. Tentu yang paling menonjol adalah PKB. Namun sejatinya masih ada PNU (Partai Nahdlatur Ummat) dan PKU (Partai Kebangkitan Ummat).
Sebenarnya PPP juga bisa digolongkan sebagai Partai NU karena banyak ulama dan aktivis organisasi Islam terbesar di Indonesia itu menyalurkan aspirasi politiknya melalui partai Kakbah.
Siapa Pemenang Pemilu 1999?
![]() |
| Kampanye PDIP 1999 (Sumber: Koran Sulindo) |
Rakyat memilih partai sekaligus wakil mereka di DPR/MPR. Nantinya DPR/MPR bersidang untuk memilih presiden dan kemudian wapres.
Jadi sangat bisa terjadi, partai pemenang pemilu gagal membawa ketuanya jadi presiden karena mereka gagal mendapatkan suara mayoritas di DPR/MPR atau gagal menyusun aliansi dengan partai lainnya. Dan itu terjadi di Pemilu 1999.
PDIP Menang Pemilu 99
PDIP adalah pemenang Pemilu 1999. D tempat kedua ada mantan juara berturut-turut, Partai Golkar. Meski menang, sayangnya wakil rakyat asal PDIP tidak mencapai jumlah 50% lebih di DPR. Jadilah mereka harus mengandalkan keterampilan politik dan menggantungkan masa depan pada aliansi dengan partai lainnya.
Hasil Pemilu 1999
| No. | Partai | Jumlah suara | Persentase | Jumlah kursi | Persentase |
|---|---|---|---|---|---|
| 1 | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | 35.689.073 | 33,74% | 153 | 33,12% |
| 2 | Partai Golongan Karya | 23.741.749 | 22,44% | 120 | 25,97% |
| 3 | Partai Kebangkitan Bangsa | 13.336.982 | 12,61% | 51 | 11,03% |
| 4 | Partai Persatuan Pembangunan | 11.329.905 | 10,71% | 58 | 12,55% |
| 5 | Partai Amanat Nasional | 7.528.956 | 7,12% | 34 | 7,36% |
| 6 | Partai Bulan Bintang | 2.049.708 | 1,94% | 13 | 2,81% |
| 7 | Partai Keadilan | 1.436.565 | 1,36% | 7 | 1,51% |
| 8 | Partai Keadilan dan Persatuan | 1.065.686 | 1,01% | 4 | 0,87% |
| 9 | Partai Nahdlatul Ummat | 679.179 | 0,64% | 5 | 1,08% |
| 10 | Partai Persatuan | 655.052 | 0,62% | 1 | 0,22% |
| 11 | Partai Demokrasi Kasih Bangsa | 550.846 | 0,52% | 5 | 1,08% |
| 12 | Partai Politik Islam Indonesia Masyumi | 456.718 | 0,43% | 1 | 0,22% |
| 13 | Partai Daulat Rakyat | 427.854 | 0,40% | 1 | 0,22% |
| 14 | Partai Nasional Indonesia | 377.137 | 0,36% | 0 | 0,00% |
| 15 | Partai Syarikat Islam Indonesia | 375.920 | 0,36% | 1 | 0,22% |
| 16 | Partai Kristen Nasional Indonesia | 369.719 | 0,35% | 0 | 0,00% |
| 17 | Partai Nasional Indonesia - Front Marhaenis | 365.176 | 0,35% | 1 | 0,22% |
| 18 | Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia | 364.291 | 0,34% | 1 | 0,22% |
| 19 | Partai Demokrasi Indonesia | 345.720 | 0,33% | 2 | 0,43% |
| 20 | Partai Nasional Indonesia - Massa Marhaen | 345.629 | 0,33% | 1 | 0,22% |
| 21 | Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia | 328.654 | 0,31% | 1 | 0,22% |
| 22 | Partai Republik | 328.564 | 0,31% | 0 | 0,00% |
| 23 | Partai Kebangkitan Ummat | 300.064 | 0,28% | 1 | 0,22% |
| 24 | Partai Kebangkitan Muslim Indonesia | 289.489 | 0,27% | 0 | 0,00% |
| 25 | Partai Ummat Islam | 269.309 | 0,25% | 0 | 0,00% |
| 26 | Partai Katolik Demokrat | 216.675 | 0,20% | 1 | 0,22% |
| 27 | Partai Abul Yatama | 213.979 | 0,20% | 0 | 0,00% |
| 28 | Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong | 204.204 | 0,19% | 0 | 0,00% |
| 29 | Partai Indonesia Baru | 192.712 | 0,18% | 0 | 0,00% |
| 30 | Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia | 180.167 | 0,17% | 0 | 0,00% |
| 31 | Partai Cinta Damai | 168.087 | 0,16% | 0 | 0,00% |
| 32 | Partai Syarikat Islam Indonesia 1905 | 152.820 | 0,14% | 0 | 0,00% |
| 33 | Partai Masyumi Baru | 152.589 | 0,14% | 0 | 0,00% |
| 34 | Partai Nasional Bangsa Indonesia | 149.136 | 0,14% | 0 | 0,00% |
| 35 | Partai Uni Demokrasi Indonesia | 140.980 | 0,13% | 0 | 0,00% |
| 36 | Partai Buruh Nasional | 140.980 | 0,13% | 0 | 0,00% |
| 37 | Partai Kebangsaan Merdeka | 104.385 | 0,10% | 0 | 0,00% |
| 38 | Partai Nasional Demokrat | 96.984 | 0,09% | 0 | 0,00% |
| 39 | Partai Aliansi Demokrat Indonesia | 85.838 | 0,08% | 0 | 0,00% |
| 40 | Partai Rakyat Demokratik | 78.730 | 0,07% | 0 | 0,00% |
| 41 | Partai Pekerja Indonesia | 63.934 | 0,06% | 0 | 0,00% |
| 42 | Partai Islam Demokrat | 62.901 | 0,06% | 0 | 0,00% |
| 43 | Partai Musyawarah Rakyat Banyak | 62.006 | 0,06% | 0 | 0,00% |
| 44 | Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia | 61.105 | 0,06% | 0 | 0,00% |
| 45 | Partai Rakyat Indonesia | 54.790 | 0,05% | 0 | 0,00% |
| 46 | Partai Ummat Muslimin Indonesia | 49.839 | 0,05% | 0 | 0,00% |
| 47 | Partai Solidaritas Pekerja | 49.807 | 0,05% | 0 | 0,00% |
| 48 | Partai Pilihan Rakyat | 40.517 | 0,04% | 0 | 0,00% |
| Jumlah | 105.731.110 | 100,00% | 462 | 100,00% | |
Menang Tapi Gagal, Mega Hanya Jadi Wapres
Banyak bocil medsos sok edgy yang menghina Megawati sebagai Presiden tanpa ikut Pilpres. Mereka sosok menyedihkan yang lebih banyak terpapar konten hoaks daripada menelisik fakta. Padahal jelas sekali di tahun 1999 ke bawah, tidak ada Pilpres. Alurnya adalah presiden dipilih MPR.
Meski menang dengan selisih 10% atas urutan kedua, PDIP gagal mengusung Mega jadi presiden. Saya menilai semua karena kecerdikan politik lawannya.
Pada saat itu, tiba-tiba muncul Poros Tengah, yakni organisasi tidak resmi yang terdiri dari kekuatan yang menolak presiden wanita.
Poros Tengah dengan cepat menunjukkan tajinya. Pemimpinnya adalah Amin Rais. Ia hampir pasti gagal jika bersikukuh melawan Mega. Lalu muncul capres tandingan, Gus Dur.
![]() |
| Gus Dur dilantik (Sumber: Kompas) |
Melalui podcast di Total Politik, tokoh senior PDIP, Panda Nababan mengungkapkan bagaimana Akbar Tanjung gagal jadi rekan politik yang baik untuk PDIP. Setelah mendapatkan kursi Ketua DPR, Akbar nyatanya tidak mampu mengajak anggota DPR dari Golkar memilih Mega dalam voting melawan Gusdur.
Alhasil Gusdur dari Partai Kebangkitan Bangsa menang dan kemudian menjadi Presiden, meski partainya hanya meraih 12% suara saja.
Selanjutnya pada Pemilihan Wakil Presiden, Megawati berhasil mengalahkan Hamzah Haz dari PPP dan mendampingi Gusdur menjadi wapres.
Pemilu 1999, Euforia yang Tak Akan Terulang
Entah mengapa saya merasa euforia politik bangsa Indonesia di tahun 1999 begitu luar biasa. Kita seperti bola karet yang ditekan begitu lama, lalu kemudian terlepas dan merayakan kelegaan itu dengan memantul ke segala arah.
Meski ada 48 partai, nyatanya paling sedikit dicoblos 40 ribu orang. Artinya partai-partai yang ada cukup serius memperkenalkan visi dan misinya.
Terbiasa dengan drama politik kosong dimana Golkar selalu menang dan Suharto harus jadi calon tunggal, rakyat Indonesia tahun 1999 dimanjakan dengan berbagai kalangan yang berani maju jadi capres, mulai dari anak Proklamator, ketua ormas Islam, ahli hukum handal, hingga orang-orang biasa yang luput dari sorot media.
Aspirasi rakyat juga dengan heboh diluapkan. Partai-partai yang diangap sosialis serta dijegal pemerintah, seperti PUDI dan PRD berhasil ikut pemilu. Termasuk MURBA yang sayangnya gagal menjual nama Tan Malaka.
Melihat gegap gempita yang sedemikian meriah, rasanya hal itu sulit terulang. Jalanan tak akan seramai waktu itu, tetapi di ponsel netizen, orang-orang sibuk berdebat, bertarung dan berduel. Entah atas nama ideologi atau demi cuan dari pemberi orderan. (Catatanadi.com)





Posting Komentar untuk "Pemilu 1999, Sebuah Catatan dari Seorang Bocah yang Melihat Euforia Demokrasi"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.