Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Polusi Suara dan Masyarakat Apatis yang Menyedihkan

Opini - Pagi cerah dengan udara yang menyejukkan. Matahari bersinar begitu indahnya disambut oleh kicauan burung-burung riang gembira. Para lelaki dan perempuan menyambut pagi begitu semangat, mengayunkan cangkul menyebar jala atau menggiring kambing. Itulah gambaran umum desa-desa di Indonesia. Dulu.

Hidup dengan Polusi Suara

Polusi suara di masyarakat
Polusi suara dan kebisingan

Kini semuanya hilang musnah. Kedamaian dan kerja keras luntur. Pagi disambut dengan dentuman bas menjijikan dari stereo murahan para tetangga berisik. 

Lagu-lagu koveran berirama ngawur membahana menyeruak udara menyiksa telinga menunjukkan kebebalan orang yang tidak peduli pada kesehatan mental. 

Para lelaki sibuk dengan game online memenuhi warung kopi. Sungguh pertunjukan menyedihkan dari masyarakat yang akan terus tertinggal di era persaingan yang makin ketat ini.

Entah kenapa nampaknya generasi masa kini banyak yang tidak mencintai kesehatan mental mereka. Cirinya, mereka gemar memainkan musik keras-keras dengan irama yang tidak padu. 

Jangan bandingkan dengan musik klasik, nanti mereka marah. 

Klasik berhasil menunjukkan kelasnya. Maka dari itu ia disebut klasik. Sedang musik-musik yang meneror telinga ini, adalah hasil curian dari artis-artis yang sudah berjuang menulis lagu dengan indahnya, lalu dimodifikasi sekehendak hati dengan dentuman-dentuman bas dan dj yang bikin muntah.

Inilah salah satu alasan kenapa Indonesia susah maju, susah berkembang. Semua karena terjadi pembiaran. Masyarakat menjajah masyarakat. Orang-orang seenaknya membuat polusi udara, polusi suara. Dag dig dug suara ketololoan menyeruak mengganggu orang-orang yang masih waras dan ingin produktif.

Bagaimana bisa membuat karya semisal novel, digital painting atau mengerjakan laporan jika para tetangga menyebalkan dengan tidak tahu diri menguasai ruang publik mereka dengan stereo cina menjijikan yang berkualitas sekelas dengan diri mereka itu?

Ruang publik? Semua di sini nampaknya ruang privat bagi sebagian orang yang berkuasa. 

Mereka tak ada masalah menguasai udara dan kota, termasuk telinga orang. Susah sekali beribadah di masa pandemik seperti sekarang. Kebisingan meneror. Ketololan diperlihatkan. Semua hanya akan membuat muak orang-orang yang masih waras. Orang-orang yang punya mimpi.

Jika engkau membaca tulisan ini dan menyanggahnya, maka selamat. Setidaknya itu berarti kampungmu, desamu, perumahanmu, lingkunganmu tidak seperti ini. Aku iri padamu. Pertahankan itu.

Kalau kita lihat kenapa negara seperti Amerika bisa maju, ya tentu saja mereka menghormati privasi orang lain. 

Seseorang akan dengan mudah didatangi polisi jika bikin keributan. Polusi suara ditekan sedemikian rupa. Desa-desa Amerika yang indah dan jauh dari selera rendahan sungguh nikmat untuk ditingali, memungkinkan insan di sana bertumbuh otak dan hatinya. Pantas saja jadi negara adikuasa.

Sedang negeri ini? Liberal bukan, agamis bukan, sekuler juga bukan. Cina dengan komunisme berhasil bangkit dari keterpurukan karena mampu mendidik masyarakat sedemikian rupa. Disusul Vietnam dan Laos. Sedang Indonesia masih saja belum paham apa itu tenggang rasa. Menyalakan mp3 keras-keras, lalu marah ketika hidupnya susah. Bagaimana kau bisa sukses, Bambank, jika hidupmu hanya ngopi-main game-denger dangdut ga jelas begitu.

Kemaren aku sempat browsing mencari alat penutup telinga. Earplug namanya. Ada yang murah tapi aku yakin kualitasnya buruk. Aku sudah trauma oleh karena itu aku ingin punya barang yang beneran bagus dan berfungsi. Ingin yang premium daripada murah tetapi kualitas abal-abal. 

Ternyata tidak murah. 

Ada yang satu juta hingga tiga juta. Untuk membekap telinga agar terlindung dari dentuman bas dan polusi suara lainnya sungguh mahal betul. Inilah gambaran susahnya jadi orang miskin. Tidak punya alternatif pilihan untuk sekedar menikmati hidupnya sendiri.

Tetapi menjadi kaya juga susah. Walau begitu semangatku tidaklah pudar. Aku harus jadi kaya. Aku harus bekerja keras. Menderita tak apa asal nanti keturunanku dijauhkan dari lingkungan yang penuh derita ini.

Pindah ke luar negeri adalah impian utama. Bekerja di Skandinavia yang elok, Swiss yang indah atau Amerika Serikat yang penuh penghormatan pada hak-hak individu membuatku tak patah arang. Aku akan berusaha semampuku. Setidaknya aku sudah berusaha, perkara gagal atau berhasil itu urusan belakangan.

Kini demi menghindari polusi suara ini, satu-satunya jalan adalah dengan pindah. Mencari tempat baru. Lingkungan baru yang orang-orangnya masih sadar pentingnya menjaga kesehatan telinga. Itulah indikator pertama orang cerdas.

Bahaya Polusi Suara 

Bahaya polusi suara bagi manusia
Akibat buruk polusi suara

Kebisingan adalah bunyi yang terlampau keras, kacau dan menyiksa organ pendengaran. Bising adalah bunyi yang berada di atas 50 desibel.

Apa bahanya kalau terus menerus menerima kebisingan? Banyak. Beberapa bahkan akan bermuara pada makin tololnya suatu bangsa.

Setidaknya ada enam efek negatif(1) daripada polusi suara untuk kehidupan manusia. Keenamnya adalah sebagai berikut :
  • Masalah pendengaran.
  • Masalah kesehatan.
  • Masalah tidur.
  • Kardiovaskular.
  • Komunikasi
  • Hewan peliharan dan ternak.
Bahkan lebih lanjut ada beberapa penjabaran yang jauh terdengar mengerikan mengenai akibat dari polusi suara terhadap kesehatan(2) yaitu :

(a) Dapat mengakitbatkan gangguan pada otak karena rusaknya saluran yang menghubungkan telinga dengan otak manusia.

(b) Dapat mengganggu mental dan menyebabkan tekanan psikologis termasuk diantaranya adalah perubahan perilaku ke arah yang buruk.

(c) Mengigau, bangun tiba-tiba dan sulit tidur dalam waktu yang lama akan membuat tubuh menjadi tidak bugar dan mudah terserang penyakit, termasuk jantung.

Bahkan ternyata polusi suara yang terus menerus juga akan membuat menjadi bodoh. Disebutkan(3) bahwa gangguan suara dan kebisingan akan berakibat fatal terhadap performa manusia untuk memahami, mengingat dan memecahkan masalah.

Baca juga : Daftar Alat Musik Unik dari Seluruh Dunia  

[Call to Action]

Mengurangi polusi suara dan kebisingan
Mengatasi kebisingan

Jadi bila Anda peduli dengan semua itu, setidaknya terhadap anak dan diri anda sendiri, maka stop terus menerus menghasilkan kebisingan. Tidak perlu menyetel lagu yang bikin otak ambyar keras-keras. Sayangi kesehatan orang-orang di sekitar Anda.

Jika memang Anda punya keberanian untuk menegur insan yang termasuk golongan tetangga buruk, maka itu sangat baik. Walau resikonya adalah kericuhan karena orang-orang seperti itu biasanya hatinya sudah tertutup.

Jangankan menjadi pintar melalui belajar, tidur dan beraktifitas saja sudah sangat tersiksa rasanya. Semua orang berhak akan udara yang tenang dan suara-suara yang menyejukkan. Bukan kebisingan atas nama apapun. (Catatanadi.com)

Catatan Kaki

(1) Causes and Effect of Noise Pollution

(2) Noise Pollution Effect

(3) Noise Pollution : How Does It Affect Our Health?
Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Polusi Suara dan Masyarakat Apatis yang Menyedihkan"