Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Adil Sejak Dalam Pikiran

Percayalah, bahkan manusia sulit adil sejak dalam pikiran. Setidaknya itu aku. Bahkan ketika masuk ke relung-relung imaji dan membuka pintu semesta dalam fantasi, maka justru hal-hal liar yang ada. Ini memang terdengar brutal tetapi dilandasi kejujuran bahwa manusia memang munafik dan jahat.

Aku sering membayangkan bagaimana jika aku hidup dalam dunia fantasi, menjadi raja dari negara terkuat di dunia. Maka yang pertama kulakukan adalah meniduri banyak wanita, mengkoleksi putri dan ratu serta menjajah negara lain. 

Atau ketika aku membayangkan menjadi kaya raya, maka hidup berfoya-foya dan erat dengan budaya sombong menjadi isi dari jalan cerita fantasiku. Menghamburkan uang untuk kegiatan yang tak penting, yang tak mungkin terjadi di dunia nyata, adalah prioritas utama. Bukan menolong si miskin yang lapar dan kedinginan.

adil sejak dalam pikiran

Inilah bukti setidaknya manusia terdiri dari ego dan keinginan untuk mencapai kenikmatan. Semua bahkan sudah dijelaskan dengan baik oleh Salomo di Kitab Pengkotbah. Salomo atau orang Islam menyebutkan Sulaiman adalah raja diraja yang mahakaya, pemimpin umat Yahudi di Israel sebelum negeri itu pecah dan porak-poranda. Juga karena ulahnya. 

Lantas sungguh mengerikan jikalau manusia dibiarkan punya kekuasaan yang besar. Dia akan sewenang-wenang dan berbuat nista asal nafsu terpenuhi. Untung saja kenyataan beda dengan fantasi. Manusia penuh keterbatasan. Ia mau tak mau pada akhirnya membentuk persekutuan dengan sesamanya demi mencapai tujuan bersama. Inilah yang menjadi pengekang bagi ketidak-adilan yang merupakan natur dalam dirinya.

Untuk membuat generasi yang akan datang tidak merusak bumi setelah mendapat kekuasaan dari teknologi yang mereka ciptakan, manusia harus mempunyai alasan baru. Agama mungkin tidak lagi terlalu laku seperti dulu. Atheisme dan agnostikme telah tumbuh subur di dunia barat dan sebentar lagi juga akan merambah ke timur. Meski demikian nyatalah bahwa agama juga bukan jaminan absolut manusia bisa adil.

Baca juga: 

Agama punya cerita-cerita yang mengerikan tentang dosa, dimana inilah inti dari ajaran tersebut, yaitu api neraka berkepanjangan dan siksaan tiada akhir. Dengan cerita tentang dosa, orang takut mencuri, membunuh, merebut istri orang lain atau memperkosa bawahannya. Namun jelas terpampang nyata banyak orang pada akhirnya menggunakan agama untuk memaksakan imajinasi mereka sehingga yang berbeda mati. 

Lantas apa yang bisa jadi pengendali manusia? Kesadaran! Semuanya itu bisa didapatkan dari sains, teknologi dan filsafat yang jelas adalah buatan manusia, bukan karya ilahi yang turun dari cakrawala.

Konsensus antar manusia harus dilandasi dari kenyataan bukan imajinasi, apalagi fantasi satu dua pihak saja. Semua orang harus terlibat. Manusia sekarang menghadapi permasalahan global yang sama, bukan lagi perang dan pertikaian regional.

Namun menjadi adil sejak dalam pikiran adalah kunci. Manusia harus mampu menaklukkan dirinya sendiri untuk mau bersama-sama sesamanya membangun peradaban yang mulia, damai, maju serta jauh dari unsur tahayul yang merugikan. 

Konsensus akan saling mengasah manusia selayaknya besi sehingga nurani dan insting sosial mereka makin tajam untuk saling peduli dan menghasihi bukan lagi saling berjuang mengkonversi agama. 

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sarat dengan kesadaran, asalkan berani untuk adil sejak dalam pikiran dan mengambil langkah untuk menjadi seorang manusia seutuhnya. Berani untuk berbuat yang baik untuk kehidupan bersama. 

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Adil Sejak Dalam Pikiran"